MUNICH —
Pertemuan hari Sabtu antara Lavrov dan Moaz al-Khatib tidak melibatkan Wakil Presiden Amerika Joe Biden dan utusan PBB Lakhdar Brahimi, meskipun ada saran awal, keempatnya bertemu di Jerman selatan. Biden mengadakan pertemuan terpisah dengan Lavrov, Brahimi, dan al-Khatib.
Konferensi Keamanan Munich tahun ini diadakan untuk menghidupkan lagi upaya mencari cara mengakhiri perang saudara di Suriah. Awal minggu ini, al-Khatib mengatakan bersedia berunding dengan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Gedung Putih mengatakan Wakil Presiden Biden dalam pertemuannya dengan Lavrov menekankan pentingnya Rusia dan Amerika bekerja sama demi perdamaian dan keamanan internasional.
Amerika dan Rusia punya banyak percedaan pendapat dalam mengatasi krisis Suriah.
Biden menjanjikan dukungan Amerika yang berkesinambungan bagi oposisi Suriah dalam konferensi itu, dan menambahkan. Presiden Bashar al-Assad “tidak patut lagi” memimpin negaranya dan “harus mundur.”
Tetapi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan dalam konferensi itu syarat Amerika itu tidak bisa diterima.
Ia mengatakan proses perdamaian Jenewa bagi Suriah yang telah disepakati harus dilakukan, termasuk perundingan antara semua pihak. Ia juga menampik anjuran dari anggota yang hadir dalam konferensi itu mengenai pembukaan jalur bantuan kemanusiaan di Suriah, yang diamankan oleh pesawat-pesawat tempur internasional. “Mengenai dibukanya jalur bantuan kemanusiaan dengan dukungan serangan udara, saya tidak setuju. Semua penggunaan kekerasan, ancaman penggunaan kekerasan tidak bisa diterima karena situasi di sana tidak membutuhkan lebih banyak serangan militer, tetapi gencatan senjata segera dan pengakhiran kekerasan sesegera mungkin,” paparnya.
Lavrov menyatakan, Rusia khawatir keputusan PBB apa pun untuk melakukan operasi militer di Suriah, walaupun untuk tujuan kemanusiaan, akan mengakibatkan keterlibatan internasional yang lebih besar, seperti yang terjadi dengan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Libya. Sekutu Suriah itu memveto tiga resolusi PBB untuk meningkatkan tekanan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Perang saudara antara pemberontak Suriah dengan pemerintahan Presiden Assad telah melumpuhkan Suriah sejak terjadinya demonstrasi damai anti-pemerintahan bulan Maret 2011.
PBB mengatakan sedikitnya 60.000 orang tewas sejak konflik itu pecah.
Konferensi Keamanan Munich tahun ini diadakan untuk menghidupkan lagi upaya mencari cara mengakhiri perang saudara di Suriah. Awal minggu ini, al-Khatib mengatakan bersedia berunding dengan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Gedung Putih mengatakan Wakil Presiden Biden dalam pertemuannya dengan Lavrov menekankan pentingnya Rusia dan Amerika bekerja sama demi perdamaian dan keamanan internasional.
Amerika dan Rusia punya banyak percedaan pendapat dalam mengatasi krisis Suriah.
Biden menjanjikan dukungan Amerika yang berkesinambungan bagi oposisi Suriah dalam konferensi itu, dan menambahkan. Presiden Bashar al-Assad “tidak patut lagi” memimpin negaranya dan “harus mundur.”
Tetapi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan dalam konferensi itu syarat Amerika itu tidak bisa diterima.
Ia mengatakan proses perdamaian Jenewa bagi Suriah yang telah disepakati harus dilakukan, termasuk perundingan antara semua pihak. Ia juga menampik anjuran dari anggota yang hadir dalam konferensi itu mengenai pembukaan jalur bantuan kemanusiaan di Suriah, yang diamankan oleh pesawat-pesawat tempur internasional. “Mengenai dibukanya jalur bantuan kemanusiaan dengan dukungan serangan udara, saya tidak setuju. Semua penggunaan kekerasan, ancaman penggunaan kekerasan tidak bisa diterima karena situasi di sana tidak membutuhkan lebih banyak serangan militer, tetapi gencatan senjata segera dan pengakhiran kekerasan sesegera mungkin,” paparnya.
Lavrov menyatakan, Rusia khawatir keputusan PBB apa pun untuk melakukan operasi militer di Suriah, walaupun untuk tujuan kemanusiaan, akan mengakibatkan keterlibatan internasional yang lebih besar, seperti yang terjadi dengan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Libya. Sekutu Suriah itu memveto tiga resolusi PBB untuk meningkatkan tekanan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Perang saudara antara pemberontak Suriah dengan pemerintahan Presiden Assad telah melumpuhkan Suriah sejak terjadinya demonstrasi damai anti-pemerintahan bulan Maret 2011.
PBB mengatakan sedikitnya 60.000 orang tewas sejak konflik itu pecah.