Menteri-menteri luar negeri Uni Eropa dan Sekjen NATO berkumpul di Brussels untuk mengadakan pertemuan darurat, di mana mereka diperkirakan akan menegaskan kembali dukungan bagi perjanjian nuklir dengan Iran.
Terlepas dari seruan Presiden AS Donald Trump untuk keluar dari perjanjian yang dimaksudkan untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir itu, Uni Eropa tetap berkomitmen pada perjanjian itu di tengah-tengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
Iran mencapai kesepakatan itu pada tahun 2015 dengan AS, Perancis, Jerman, Inggris, Rusia dan China. Namun perjanjian itu dirusak oleh keputusan Presiden Trump untuk secara sepihak meninggalkannya pada tahun 2018, memicu sanksi-sanksi yang sangat merusak perekonomian Iran.
Iran secara bertahap mengurangi komitmennya terhadap perjanjian. Sikap saling bermusuhan antara Iran dan AS baru-baru ini telah menimbulkan pukulan lebih jauh terhadap perjanjian tersebut. Setelah jenderal seniornya, Qassem Soleimani, tewas dalam serangan drone AS, Teheran mengumumkan tidak akan lagi mematuhi batas-batas yang ditetapkan dalam perjanjian itu mengenai seberapa banyak sentrifusa yang dapat digunakannya dalam memperkaya uranium.
Berbicara di radio Perancis RTL sebelum pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Perancis
terus menegaskan bahwa perjanjian itu “tidak mati” dan menyatakan pentingnya untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut. Seraya menyalahkan keputusan AS untuk keluar dari perjanjian itu, Le Drian mengatakan Iran dapat memiliki senjata nuklir dalam waktu “satu atau dua tahun” jika perjanjian itu terus kehilangan substansinya.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengukuhkan lagi dukunganya bagi perjanjian itu, dan diplomat senior Uni Eropa Josep Borrell, mengatakan pekan ini bahwa perjanjian itu “sekarang ini lebih penting daripada sebelumnya.”
Borrell telah mengundang Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif ke Brussels untuk melakukan pembicaraan, tetapi tanggal kunjungannya belum ditetapkan.
Dewan menteri-menteri luar negeri Uni Eropa juga akan mengevaluasi krisis di Libya yang dicabik-cabik perang, dan akan diberi pengarahan oleh Sekjen NATO Jens Stoltenber. Dalam suatu pernyataan, Dewan mengemukakan pihaknya akan “berfokus pada cara-cara meredakan ketegangan di kawasan.” [uh/lt]