Presiden Indonesia Joko Widodo menyesalkan insiden pemboman di depan KBRI Sana'a Yaman pada hari Senin (20/4) yang menghancurkan sebagian besar bangunan dan melukai dua staf diplomatik KBRI serta seorang WNI lainnya, pada pukul 10:45 waktu setempat.
Melalui pernyataan tertulis Kementerian Sekretariat Negara, Presiden meminta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk terus memantau dan melaporkan perkembangan situasi di Yaman, serta memastikan keamanan warga negara Indonesia yang masih bertahan di sana.
Dari keterangan KBRI di Sana'a, diketahui 2 staf yang luka-luka adalah Susapto dari Ditjen Perlindungan WNI dan stafnya. Susapto adalah salah staf yang selama ini memimpin evakuasi WNI dari wilayah barat Yaman. Sementara evakuasi WNI dari wilayah timur Yaman dipimpin Yusron Ambary, yang saat ini sudah berada di Oman. Seluruh staf KBRI di Sana'a kini diungsikan ke kediaman Dubes RI. Serangan tersebut juga menyebabkan rusaknya Gedung KBRI Sana’a serta seluruh kendaraan milik KBRI yang berada di area tersebut.
Di bagian akhir pernyataan tertulisnya, Presiden Joko Widodo menyesalkan imbas konflik di Yaman dan sedianya kedutaan tidak menjadi sasaran dalam konflik bersenjata.
Dalam keterangan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia, Menlu RI Retno Marsudi mengecam keras serangan di Sana'a. Berdasarkan informasi awal yang diterima dari Sana’a, menurut Kemenlu, serangan tersebut ditujukan kepada depot amunisi yang berada di kawasan tersebut. Jalan di sekitar KBRI rusak parah dan banyak korban jiwa warga sipil setempat yang berada di sekitar daerah tersebut.
Dia menjelaskan terdapat 17 warga negara Indonesia di KBRI Sana’a ketika serangan bom terjadi. Mereka adalah 4 orang tim evakuasi yang berasal dari Jakarta, 1 home staff, 5 local staff, 5 buruh migran Indonesia dan 2 mahasiswa Indonesia.
Menurut Retno berdasarkan informasi yang diperolehnya bahwa target serangan adalah depot amunisi milik pemberontah Syiah Houthi yang berada di kawasan dekat KBRI Sana’a.
Semua staf kata Retno saat ini sudah dievakuasi ke Wisma Duta yang ada di Sana’a dan akan segera dievakuasi ke Al Hudaidah. Meski terkena serangan bom, Menteri Luar Negeri Indonesia ini menegaskan bahwa KBRI Sana’a bukan merupakan target serangan yang diincar.
Sebenarnrya kata Retno KBRI Sana’a memang sejak beberapa minggu terakhir ini sudah tidak beroperasi di Sana’a. KBRI Sana’a kata Retno telah beroperasi di Salalah. Walaupun sudah tidak beroperasi tetapi tetap ada beberapa staf yang dimaksudkan agar apabila ada WNI yang memerlukan bantuan bisa dibantu.
Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa pemboman ini merupakan bukti bahwa penyelesaian masalah melalui kekerasan hanya mengakibatkan korban warga yang tidak bersalah. Indonesia menekankan kembali bahwa penyelesaian secara damai melalui diplomasi dan perundingan merupakan jalan terbaik.
Pemerintah Indonesia mendesak agar semua pihak segera menghentikan aksi kekerasan. Indonesia juga meminta agar jeda kemanusian segera diterapkan sehingga warga negara sipil termasuk warga negara asing dapat segera keluar dari Yaman serta bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Yaman.
Indonesia juga meminta agar semua pihak yang bertikai menghormati aturan dan hukum internasional khususnya terkait perlindungan warga sipil termasuk berbagai resolusi PBB terkait.
"Jadi kaca-kaca pecah semua, gedungnya sendiri masih utuh tetapi kaca-kaca dan atap yang terkelupas, itu cukup parah. Ini bukan target, KBRI bukan target tetapi kita terkena imbasan, mungkin sasarannya berada di dekat KBRI," papar Retno Marsudi.
Lebih lanjut Retno mengatakan dalam situasi konflik seperti yang terjadi di Yaman maka sebelum terjadi situasi yang buruk, pemerintah Indonesia telah menganjurkan bagi warga negara Indonesia untuk dievakuasi.
Kota Sana’a kata Retno memang menjadi tempat evakuasi terakhir WNI yang masih berada di daerah itu. Pemerintah Indonesia sebelumnya juga telah melakukan evakuasi WNI yang berada di Yaman sebanyak dua kali. Hingga saat ini pemerintah telah berhasil mengevakuasi 1973 WNi yang berada di Yaman ke Indonesia.
KBRI Sana’a menginformasikan bahwa saat ini terdapat 17 orang WNI yang terdiri dari staf KBRI Sana’a, anggota tim evakuasi WNI dari Jakarta dan WNI yang sedang mengungsi. Kemlu telah menginstruksikan kepada KBRI dan tim evakuasi di Sana’a untuk segera mengambil langkah yang diperlukan untuk mengamankan keselamatan warga negara Indonesia yang berada disana.
Dua orang staf diplomat dan seorang WNI yang terluka telah mendapatkan pertolongan dan bersama seluruh WNI lainnya sudah dievakuasi ke Wisma Duta di Sana’a untuk segera berupaya menuju ke Hudaidah.
Sejak dilakukannya intensifikasi evakuasi, Pemerintah telah berhasil mengevakuasi sebanyak 1.981 WNI keluar dari Yaman sejak Desember 2014. Sampai saat ini sudah 1.973 WNI tiba di Indonesia. Sebagian dari Tim Evakuasi dari Jakarta saat ini juga masih berada di beberapa wilayah di Yaman.