Banjir di sekitar Baton Rouge terjadi akibat hujan dengan curah tertinggi, lebih dari 75 sentimeter yang mulai turun pekan lalu. Sekitar 40 ribu rumah diperkirakan rusak.
Moosie Benoit, warga Baton Rouge mengatakan banjir kali ini tampaknya merupakan yang terburuk di kota itu. Penduduk lainnya, James Lane mengatakan, banjir menghancurkan rumahnya di Baton Rouge. Ia pindah ke kota itu setelah kehilangan seluruh harta bendanya akibat Topan Katrina tahun 2005.
Para pejabat dan relawan Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) telah turun ke lapangan selama beberapa hari ini, begitu pula relawan Palang Merah.
Craig Cooper dari Palang Merah mengatakan, penduduk di Louisiana pada umumnya sangat terbiasa menghadapi badai. Tetapi hujan pekan lalu sangat lebat dan melanda banyak daerah yang tidak pernah kebanjiran setidaknya selama 30 tahun ini.
Lebih dari 30 ribu orang telah diselamatkan sejak Jumat lalu. Kebanyakan petugas penyelamat berasal dari Garda Nasional dan otoritas negara bagian, tetapi warga kota itu sendiri juga memberi pertolongan dengan perahu, kayak dan truk-truk.
Cooper menyatakan bahwa selain warga setempat, orang-orang dari berbagai penjuru Amerika telah datang ke Baton Rouge untuk membantu Palang Merah.
Selain kerusakan fisik dan dampak emosional akibat banjir itu, kondisi Baton Rouge yang kacau membuat kota itu menjadi sasaran penjarah dan penipuan. Jam larangan keluar rumah diberlakukan di beberapa kawasan.
Sementara itu, Gubernur Edwards Selasa memperingatkan warga bahwa pegawai FEMA tidak meminta uang atas layanan yang diberikan dan agar mewaspadai penipuan.
Presiden Obama telah memperbarui daftar kawasan di Baton Rouge yang terimbas banjir yang mendapat dana darurat federal sejak hari Minggu. Dengan ditetapkannya banjir di sana sebagai bencana federal, lebih dari 70 ribu orang mengajukan diri untuk mendapat bantuan individual, jelas Gedung Putih, Rabu (17/8).
