Menteri Luar Negeri Arab Saudi. Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dan mitranya dari Iran, Hossein Amirabdollahian, sepakat untuk bertemu dalam bulan suci Ramadhan, ungkap kantor berita negara Arab Saudi, SPA, pada Senin (27/3) pagi.
Keduanya melangsungkan pembicaraan telepon kedua mereka dalam waktu kurang dari seminggu dan membahas "sejumlah masalah umum” menyusul perjanjian mengejutkan yang ditengahi oleh China yang diumumkan pada 10 Maret, kata kantor berita pemerintah Saudi Press Agency (SPA).
"Dalam pembicaraan di telepon itu, sejumlah masalah umum dibahas terkait dengan perjanjian tiga pihak yang ditandatangani di Republik Rakyat China. Kedua menteri juga sepakat untuk mengadakan pertemuan bilateral di antara mereka selama bulan Ramadan yang sedang berlangsung," kata SPA.
"Kedua menteri juga sepakat untuk mengadakan pertemuan bilateral di antara mereka pada bulan Ramadan ini," yang berakhir pada minggu ketiga April, kata SPA.
Awal bulan ini, Iran dan Arab Saudi sepakat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka, setelah bertahun-tahun bermusuhan di mana konflik kedua kedua negara itu telah mengancam stabilitas dan keamanan di kawasan Teluk serta memicu konflik di Timur Tengah dari Yaman hingga Suriah.
Kementerian luar negeri Iran mengatakan kedua pria itu "membahas status terbaru dari perjanjian antara kedua negara" dan "berbicara tentang pertemuan bersama di bulan suci Ramadan".
"Mereka juga membahas jalur hubungan yang konstruktif antara kedua negara," kata pernyataan Iran.
Tidak ada pernyataan yang menyebutkan tanggal atau lokasi pasti dari pertemuan yang sangat dinantikan itu, yang dikatakan para pejabat Saudi sebagai langkah selanjutnya dalam memulihkan hubungan tujuh tahun setelah putus.
Riyadh memutuskan hubungan setelah sejumlah pengunjuk rasa Iran menyerang misi diplomatik Saudi pada tahun 2016 menyusul eksekusi Saudi terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr -- satu dari serangkaian titik perpecahan antara dua negara yang sudah lama bersaingan di kawasan itu.
Kesepakatan itu diperkirakan akan membuat Iran yang mayoritas penduduknya Syiah dan Arab Saudi yang sebagian besar penduduknya Muslim Sunni membuka kembali kedutaan dan misi mereka dalam waktu dua bulan dan menerapkan kesepakatan kerja sama keamanan dan ekonomi yang ditandatangani lebih dari 20 tahun lalu.
Seorang pejabat Iran mengatakan pada 19 Maret bahwa Presiden Iran Ebrahim Raisi dengan senang hati menerima undangan untuk mengunjungi Arab Saudi dari Raja Salman, meskipun Riyadh belum mengonfirmasi.
Amir-Abdollahian mengatakan kepada wartawan pada hari yang sama bahwa kedua negara telah sepakat untuk mengadakan pertemuan antara diplomat tinggi mereka dan bahwa tiga lokasi telah disarankan, tanpa menyebutkan yang mana.
Pertikaian antara Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, dan Iran, yang sangat berselisih dengan pemerintah Barat atas kegiatan nuklirnya, berpotensi memulihkan hubungan-hubungan di seluruh wilayah itu yang sebelumnya diwarnai dengan pergolakan selama beberapa dekade. [ps/rs] [ab/uh]
Forum