Tautan-tautan Akses

Menteri Perminyakan Arab Saudi Dua Dekade Meninggal pada Usia 90


Gambar diambil 16 Maret 1974 dari delegasi Arab pada konferensi OPEC di Wina. Menteri Perminyakan Sheikh Ahmed Zaki Yamani Arab Saudi berada di tengah. (Foto: AFP)
Gambar diambil 16 Maret 1974 dari delegasi Arab pada konferensi OPEC di Wina. Menteri Perminyakan Sheikh Ahmed Zaki Yamani Arab Saudi berada di tengah. (Foto: AFP)

Ahmed Zaki Yamani, seorang menteri perminyakan Arab Saudi yang menjabat selama 24 tahun, menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 90 tahun di London, Selasa (23/2). Ia dikenal karena memimpin kerajaan melalui krisis minyak 1973, menasionalisasi perusahaan energi negaranya dan pernah disandera oleh pembunuh Carlos the Jackal.

Associated Press mengutip televisi pemerintah Saudi melaporkan hal tersebit, tanpa menjelaskan penyebabnya. Dikatakan bahwa dia akan dimakamkan di kota suci Mekkah.

Dikenal karena penampilan berbusana gaya Baratnya dan nada bicaranya yang lembut dan terukur, Yamani membantu Arab Saudi memimpin dominasinya dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Kerajaan Saudi tetap menjadi domina dalam grup tersebut, bahkan hingga hari ini dan keputusannya memengaruhi harga dari barel hingga pompa bensin.

Sebuah foto yang diambil pada 2 Februari 1974 di Tokyo, menunjukkan menteri perminyakan Arab Saudi, Sheikh Ahmed Zaki Yamani. (Foto: AFP)
Sebuah foto yang diambil pada 2 Februari 1974 di Tokyo, menunjukkan menteri perminyakan Arab Saudi, Sheikh Ahmed Zaki Yamani. (Foto: AFP)

Yamani menjadi menteri perminyakan pada tahun 1962 dan memimpin kementerian tersebut sampai tahun 1986. Ia memainkan peran penting dalam kartel minyak OPEC yang baru lahir ketika produsen di seluruh dunia mulai mencoba untuk mendikte harga ke pasar dunia yang sebelumnya didominasi oleh kebijakan ekonomi negara-negara Barat.

Yamani adalah perwakilan Saudi pertama di dewan gubernur OPEC pada tahun 1961. Dari posisinya, ia dikenal karena gaya negosiasi yang selalu tenang yang menjadi inspirasi oleh para menteri Saudi setelahnya.

Namun gayanya diuji diuji oleh waktu, termasuk oleh pergolakan di pasar energi global. Hal itu terutama terjadi pada Perang Timur Tengah 1973, di mana Mesir, Suriah, dan sekutunya melancarkan serangan mendadak ke Israel pada hari suci Yahudi Yom Kippur.

Ketika AS di bawah Presiden Richard Nixon bergerak untuk mendukung Israel, produsen Arab di OPEC setuju untuk memotong pasokan mereka sebesar 5 persen sebulan. Ketika Nixon melanjutkan dukungannya, keputusan tersebut melahirkan apa yang kemudian dikenal sebagai "senjata minyak" - embargo total terhadap AS dan negara lain.

Harga di AS akan naik 40%, yang menyebabkan kekurangan bensin dan antrean panjang di pompa bensin. Harga minyak secara global akan naik empat kali lipat.

Pada bulan Desember 1975, Yamani termasuk di antara mereka yang disandera di markas OPEC di Wina, serangan yang menewaskan tiga orang dan menyebabkan 11 menteri OPEC dan puluhan lainnya ditangkap. Serangan itu akhirnya membuat semua militan pro-Palestina dan mereka yang disandera dibebaskan.

Setelah itu, Yamani menggambarkan Carlos, seorang Venezuela yang memiliki nama asli Ilich Ramírez Sánchez, sebagai "teroris kejam yang beroperasi dengan operasi yang tepat." Sejak saat itu, Yamani bepergian dengan rombongan pengawal kemanapun dia pergi.

Yamani juga mengawasi apa nasionalisasi Arabian American Oil Co. setelah krisis minyak 1973. Saat ini, lebih dikenal sebagai Saudi Arabian Oil Co., atau Aramco, sumber pendapatan utama kerajaan.

Pada tahun 1986, Raja Saudi Fahd memberhentikan Yamani dengan pernyataan singkat. Pada saat itu, diyakini bahwa Yamani tidak sependapat dengan raja dalam isu system kuota produksi permanen dan Saudi akan diberi bagian produksi yang lebih besar dari total volume. Arab Saudi akhirnya setuju dengan kebijakan sementara lainnya.

Yamani lahir di Mekkah pada tahun 1930, ketika unta masih berkeliaran di jalanan kota suci. Ayah dan kakeknya adalah guru agama dan pengacara Islam. [ah/au]

XS
SM
MD
LG