Sebuah komunitas yang diberi nama, Sastra Bulan Purnama (SBP) yang berpusat di Yogyakarta, menjadi wadah bagi para lansia untuk berkumpul, merangkai kata-kata menjadi sebuah puisi, dan membacakannya.
Berawal dari karya-karya puisi yang ditulis di laman Facebook, kemudian dibentuklah komunitas SBP sejak Oktober 2011. Pendirinya, Ignatius Untoro, 65, yang akrab dipanggil Ons itu, bermaksud menyediakan ruang bagi siapapun, terutama para lansia dari segala profesi untuk berekspresi dalam sastra melalui penulisan puisi.
“Banyak penyair, penulis, sastrawan yang usianya di atas 60 bahkan 70 tahun masih aktif. Mereka menulis dan mengirimkan karyanya. Misalnya Adri Darmadji Woko, seorang wartawan, usianya 70. Handrawan Nadesul, seorang dokter juga 70 tahun dan ada seorang pengusaha dari Semarang, usianya 65 tahun, Bu Sulis namanya. Juga seorang dokter RS Sarjito usianya juga di atas 60,” ujar Ons.
Komunitas para lansia untuk merangkai kata ini nampaknya tidak hanya berkembang di lingkungan penulisan sastra Indonesia, namun juga dalam sastra Jawa.
Aming Aminoedhin, 67, asal Ngawi, Jawa Timur yang akrab dipanggil Aming adalah seorang penyair yang pernah menjadi wartawan. Ia aktif menulis puisi dan bahkan menjadi pengurus Warumas (Wartawan Usia Emas) dan Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS).
“PPSJS atau Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya ini dengan anggotanya yang sudah tua-tua, secara patungan membuat kumpulan puisi berbahasa Jawa. Setelah (profesi) wartawan selesai, kita harus menulis sastra, agar kita lebih berbudaya,” katanya kepada VOA.
Cegah pikun
Menurut peneliti dari Rush University Medical Center dan Illinois Institute of Technology, Chicago, aktivitas mental seperti menulis bisa membantu otak agar tetap aktif dan sehat bagi lansia. Menulis juga membuat lansia aktif mengingat banyak hal. Maka beberapa sumber menyebutkan, menulis bisa mengurangi risiko pikun.
Seorang psikolog yang membuka praktek di Solo, dokter Diaz Roberto, SPsi setuju dengan hasil penelitian itu.
“Membaca literasi supaya kita bisa menghasilkan tulisan yang baik, nah kemudian ada prosesnya juga. Jadi ada input, processing dan output. Tiga hal ini tidak bisa dipisahkan, dan di dalam proses melepaskan tiga hal ini, otomatis otak kita akan membentuk hormon-hormon kebahagiaan. Inilah yang membuat memori kita tetap bagus dan luput dari pikun,” jelasnya.
Lintas budaya dengan selisih usia
Chrysogonus Siddha Malilang, 38, sastrawan yang kini tinggal di Swedia mengatakan, lintas budaya di antara komunitas sangat bermanfaat, dalam hal ini antara penulis muda dan lansia. Dia menguatkan pendapat itu ketika melakukan penelitian untuk program pendidikan S3-nya.
“Komunitas yang menurut saya sangat bagus untuk pengembangan penulis baru juga, karena penulis-pemulis baru kalau mereka aktif di komunitas itu, penulis-penulis kawakan itu akan bersedia membantu,” tegasnya.
Meski telah lima tahun menetap di Swedia Siddha ikut menulis dan membaca puisi jika ia pulang ke Indonesia.
Para anggota komunitas Sastra Bulan Purnama berasal dari berbagai provinsi, bahkan menurut Ons Untoro, beberapa peserta dari Makasar khusus datang ke Yogyakarta dengan biaya sendiri untuk mementaskan karyanya.
Lagu puisi
Ons Untoro yang pada Agustus lalu mendapat penghargaan 40 tahun berkarya dari Badan Bahasa itu menambahkan, karya-karya para penyair lansia itu diterbitkan menjadi buku puisi dan juga kerap dibacakan dalam sebuah pentas yang didukung dengan musik dan tarian.
“Sastra Bulan Purnama menampilkan lagu puisi, yaitu puisi yang dilagukan. Kalau musikali puisi itu bisa membaca puisi diiringi musik,” jelasnya.
Seorang penonton, Fellyana Junaedi yang suka menonton para anggota Sastra Bulan Purnama mementaskan karyanya, punya komentar terkait aktivitas ini.
“Bagus sih, kolaborasi antara baca puisi dengan ada semacam sajian-sajian yang berbeda, baik itu diiringi lagu nasional, lagu Jawa atau mungkin ada semacam tari-tarian dan gerak. Sangat menarik,” paparnya.
Amin Aminoedhin bercerita, komunitas Warumas telah menerbitkan berbagai buku dan enam buku kumpulan puisi, di antaranya yang terbaru berjudul, “Eksotika Jawa Timur” yang baru saja diluncurkan pada 8 November lalu di Surabaya.
Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional 2023, sebanyak hampir 54% lansia di Indonesia masih bekerja. Bagi lansia yang sudah tidak ingin bekerja, pilihan menjadi anggota komunitas dengan berbagai kegiatan yang mereka sukai, akan sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan raga. [ps/ns]
Artikel ini telah diperbarui untuk mengoreksi nama nara sumber. Adri Darmadji Woko (sebelumnya tertulis Adri Darmadj) dan Handrawan Nadesul (sebelumnya tertulis Andrawan Nadesul)
Forum