Presiden Amerika Barack Obama mengatakan “seluruh dunia terpukul” dengan pemenggalan wartawan Amerika James Foley oleh militan Islam di Timur Tengah.
Presiden Obama juga menegaskan tidak akan mundur menghadapi tekanan ISIS. Berbicara hari Rabu (20/8) dari lokasi liburannya di Martha’s Vineyard Massachusetts, Presiden Obama mengatakan ISIS telah menunjukkan rasa tidak manusiawi dengan terus melancarkan serangan brutal terhadap Suriah dan Irak, serta dengan pemenggalan kepala James Foley, merekam dan memasangnya di internet.
Obama mengutuk pembunuhan itu dan mengatakan telah menelpon keluarga Foley untuk mengucapkan belasungkawa.
“Kehidupan James Foley bertolakbelakang dengan para pembunuhnya, yaitu ISIS. ISIS telah menyerbu kota dan desa, membunuh warga tidak berdosa dan tidak bersenjata dengan cara-cara pengecut," ujar Obama.
Presiden Obama mengatakan bahwa tindakan ISIS tidak berlandaskan agama apapun, bahkan sebagian besar korbannya adalah warga Muslim.
“Tidak ada agama yang mengajarkan pengikutnya untuk membantai warga tidak berdosa. Tidak ada Tuhan yang akan membenarkan apa yang mereka lakukan kemarin dan apa yang mereka lakukan setiap hari," ujarnya.
Presiden Obama juga menegaskan bahwa operasi Amerika akan tetap berlanjut dan memperingatkan bahwa Amerika akan menuntut keadilan.
“Amerika akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk melindungi warga kami," katanya. "Kami akan waspada dan bertindak tanpa henti ketika ada yang mengganggu warga Amerika di mana pun, kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk menuntut keadilan”.
Pejabat-pejabat inteljen Amerika memastikan keotentikan video yang dirilis hari Selasa, yang juga menunjukkan wartawan Amerika lainnya Steven Sotloff.
Video itu berjudul “Pesan untuk Amerika”. Video itu menunjukkan wartawan Amerika James Foley dengan tangan diborgol, berlutut di padang pasir. Para penyanderanya mengenakan pakaian serba hitam dengan penutup wajah dan berbicara menghadap kamera dengan aksen Inggris.
“Ini adalah James Foley, seorang warga Amerika, warga negara Anda," ujar sang penyandera. "Sebagai negara, Amerika telah berada di garis terdepan dalam agresi melawan ISIS”.
Beberapa detik kemudian, pembunuhan itu pun terjadi. Video itu terlalu sadis untuk disiarkan. Tak lama kemudian seorang wartawan Amerika lain, Steven Sotloff, dihadapkan ke depan kamera.
“Obama, nyawa warga Amerika ini tergantung pada keputusan Anda selanjutnya," ujar sang penyandera.
James Foley yang berusia 40 tahun diculik ketika sedang ditugaskan di Suriah oleh harian The Global Post bulan November 2012. Ibundanya hari Rabu mengatakan “Foley telah menyerahkan jiwa raganya untuk menunjukkan kepada dunia tentang penderitaan rakyat Suriah."
Menurut Shiraz Maher dari International Center for the Study of Radicalizations di Kings College London, kelompok ISIS menahan sejumlah sandera lain.
“Ada tiga warga Amerika dan sedikitnya dua warga Inggris yang masih ditahan ISIS. Jadi jelas mereka menahan sejumlah warga Barat, tetapi juga beberapa orang lain dari negara-negara Eropa lain. Yang ditahan bukan hanya wartawan, tetapi juga petugas kemanusiaan. Jadi, ISIS mungkin akan menggunakan sejumlah orang ini pada masa depan," menurut Maher.
Pemerintah Inggris kini berupaya mengidentifikasi laki-laki yang memenggal kepala James Foley. Menurut Shiraz Maher, insiden itu menimbulkan kekhawatiran besar di Inggris.
“Ada seorang lelaki, yang mungkin adalah warga negara Inggris, yang memenggal kepala seorang warga Amerika dalam konflik Suriah. Jika disatukan, maka jelas ada tekanan kuat di Inggris, juga di seluruh negara Eropa, untuk menghentikan orang yang ingin ke luar negeri dan ikut serta dalam konflik ini," ujar Maher.
Menteri Luar Negeri Inggris Phillip Hammond mengingatkan bahaya yang dilakukan anggota kelompok jihad ini pada negara-negara Barat.
“Jumlah warga Inggris dalam kelompok organisasi jihad ini signifikan, mereka mempelajari keahlian dan mengalami kekejaman, dari pengalaman mereka di Irak dan Suriah," kata Hammond. "Banyak yang akan kembali ke Inggris dan jika mereka mampu, pada suatu saat, menimbulkan ancaman bagi kita”.
Menurut Shiraz Maher, warga asing, khususnya warga Inggris, yang berjihad dan berperang demi ISIS bertanggungjawab atas terjadinya sejumlah kejahatan yang paling keji.
“Awal tahun ini para pejuang Inggris terlibat dalam eksekusi tawanan perang, eksekusi tentara Suriah yang mereka tangkap. Akhir tahun lalu ada seorang pembom bunuh diri asal Inggris di Aleppo," Maher mengingatkan.
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengatakan pembunuhan tersebut merupakan pembalasan atas serangan udara Amerika, yang membantu pasukan Kurdi dan Irak merebut kembali bendungan strategis Mosul pekan ini. Beberapa analis mengatakan tanggapan mengerikan kelompok itu membuktikan intervensi Amerika telah menggangu operasi ISIS.
Hingga laporan ini diturunkan nasib wartawan Amerika lainnya Steven Sotloff masih belum jelas.