Tautan-tautan Akses

Menyimak Serunya Piala Dunia di Radio


Suasana menyimak pertandingan sepakbola Piala Dunia yang disiarkan secara langsung oleh RRI Yogyakarta (Foto courtesy: Munarsih/RRI Yogyakarta).
Suasana menyimak pertandingan sepakbola Piala Dunia yang disiarkan secara langsung oleh RRI Yogyakarta (Foto courtesy: Munarsih/RRI Yogyakarta).

Menyimak pertandingan sepakbola lewat layar televisi merupakan hal biasa. Tetapi bagaimana jika menyimaknya melalui siaran radio? Seru dan keramaiannya ternyata tidak kalah.

Wardi, pemijat tunanetra berusia 34 tahun yang tinggal di asrama Badan Sosial Mardiwuto, Yogyakarta, tertawa terkekeh-kekeh ketika ditanyai VOA tentang pengalamannya nobar – singkatan untuk “nonton bareng” – pertandingan Piala Dunia.

“Bagi saya bukan nobar, tapi debar, dengar bareng,” ujar Wardi yang kehilangan penglihatannya sejak berusia tiga tahun. Bersama sekitar 30an teman-teman sebayanya, Wardi menyimak pertandingan Jerman vs Korea Selatan yang disiarkan langsung oleh Radio Republik Indonesia RRI 27 Juni lalu.

“Dengan RRI merelay Piala Dunia, kita jadi tidak ketinggalan informasi sehingga ketika orang yang melihat bercerita tentang Piala Dunia, kita juga bisa ikut. Bahkan kadang-kadang malah kita yang ditanyai oleh orang yang awas, ‘eh si ini melawan si ini menang siapa’ atau ‘skornya berapa’.. gitu!,” ujar Wardi.

Dapat Hak Siar dari FIFA, RRI Siarkan Langsung Piala Dunia 2018

RRI adalah satu-satunya lembaga penyiaran radio yang mendapatkan hak siaran langsung pertandingan sepakbola dari FIFA lewat PT. Futbal Momentum Asia FMA. Dihubungi melalui telpon, Direktur Utama RRI Mohammad Rohanuddin mengatakan kepada VOA, ia sempat menanyakan kepada PT. Futbal Momentum Asia ketika ditawari hak siar itu.

Wardi dan Anang Supriyadi, penyandang tunanetra yang tinggal di Badan Sosial Mardiwuto, Yogyakarta; pencinta sepakbola, mengapresiasi acara Dengar Bareng Piala Dunia. (Foto: Munarsih/RRI Yogyakarta)
Wardi dan Anang Supriyadi, penyandang tunanetra yang tinggal di Badan Sosial Mardiwuto, Yogyakarta; pencinta sepakbola, mengapresiasi acara Dengar Bareng Piala Dunia. (Foto: Munarsih/RRI Yogyakarta)

“Saya menanyakan mengapa Anda menunjuk RRI sebagai satu-satunya lembaga penyiaran radio di Indonesia yang memiliki hak siar Piala Dunia ini? Jawaban mereka ada dua, pertama karena sebelum datang ke RRI, mereka sudah melakukan survei di 33 propinsi di Indonesia dan mendapati bahwa pendengar radio terbesar di ke-33 propinsi itu adalah pendengar RRI. Kedua karena RRI adalah lembaga penyiaran publik di Indonesia yang benar-benar peduli dengan hak warga disabilitas, yang jumlahnya mencapai 1,5 juta orang,” kata Rohanuddin.

Wartawan-Wartawan Olahraga Terbaik Langsung Sampaikan Laporan Piala Dunia

Mendapat kepercayaan besar ini RRI berupaya keras menghadirkan siaran langsung terbaik lewat jaringannya.

“RRI memiliki reporter-reporter radio yang jago dan terbiasa melakukan siaran olahraga secara langsung. Reporter yang kami turunkan adalah pilihan yang kami tes dari seluruh Indonesia. Mereka yang melakukan siaran langsung, baik dengan dikirim langsung ke Rusia, maupun yang menjadi komentator di studio RRI Pro-3 di Jakarta. Ini menjadi sangat kuat untuk memberi pelayanan siaran yang baik kepada masyarakat,” tambah Rohanuddin.

Anang Supriyadi, penyandang tunanetra berusia 27 tahun, mengatakan senang menyimak penuturan penyiar RRI yang memberi informasi sangat jelas tentang pertandingan yang berlangsung, lengkap dengan emosi yang terekam di lapangan. Anang yang bekerja sebagai pemijat tunanetra menceritakannya dengan sangat antusias.

“Dari RRI khan ada reporter yang menyebutkan misalnya yang membawa bola siapa, dioper ke siapa. Karena saya pendukung Korea Selatan, saya senang sekali ketika Korea Selatan menang. Saya merasakan ketegangan juga karena gol terjadi di menit-menit terakhir saat injury time, bukan di menit-menit reguler. Sebetulnya awalnya saya tidak yakin Korea Selatan menang, tetapi di akhir-akhir pertandingan itu akhirnya bisa menyerang dan memasukkan bola. Saya bangga tim dari Asia juga bisa masuk Piala Dunia,” tutur Anang.

Hal senada disampaikan penjual camilan Tanjung Kunto Nugroho yang berusia 29 tahun. Ia mengaku bukan penggila bola, tetapi ikut merasakan serunya suasana pertandingan lewat siaran radio.

“Sangat seru sekali bisa mendengarkan sepakbola ketika ada permainan tertentu yang dijelaskan reporternya. Tampak asyik karena berkumpul dengan teman-teman. Bersama teman-teman, dalam suasana ramai gembira, kami sangat menikmati hal yang secara visual tidak bisa kami dapatkan, tapi dideskripsikan oleh RRI. Antusiasmenya terasa, seperti serangan-serangan dan situasi hampir gol. Pembawa acara membawa kami ikut larut. Kami ikut teriak. Ikut tepuk tangan. Dan ketika gagal memasukkan bola, kami juga ikut ‘aaaaaaaahhh’… Jadi kami larut terbawa suasana waktu itu,” kata Tanjung.

Sekitar 30-an tunanetra menghadiri acara Dengar Bareng Piala Dunia. (Foto: VOA/Munarsih)
Sekitar 30-an tunanetra menghadiri acara Dengar Bareng Piala Dunia. (Foto: VOA/Munarsih)

Penyandang Tunanetra Jadi Sasaran Utama Siaran Langsung Piala Dunia

Enam puluh lima dari 97 stasiun radio RRI di seluruh Indonesia melangsungkan acara “nonton bareng” lewat siaran radio. Sasaran utamanya adalah 1,5 juta warga tunanetra yang ada di berbagai pelosok daerah, termasuk di daerah perbatasan seperti Entikong, Batam, Oksibil, Atambua dll. “Ini merupakan cara RRI menjalankan fungsi kami sehingga masyarakat meraih manfaat yang besar dari siaran-siaran kami,” ujar Direktur Utama RRI Mohammad Rohanuddin.

Menjawab tantangan jaman untuk menjadi media multi-platform, RRI kini tidak saja mengefektifkan portal, siaran telestrial, dan siaran streaming radio; tetapi juga RRINet yang menyiarkan siaran radio melalui sosial media. “Tonton apa yang Anda dengarkan,” menjadi taglinenya. Menurut rencana RRI tidak saja akan menyiarkan pertandingan Piala Dunia, tetapi juga berbagai acara besar, termasuk Asian Games yang akan digelar mulai 18 Agustus mendatang. [ms/em]

XS
SM
MD
LG