SURABAYA —
Menyusul penetapan kejadian luar biasa (KLB) difteri, pemerintah provinsi Jawa Timur mengadakan imunisasi selama seminggu secara serentak di 19 kabupaten dan kota yang memiliki kasus tertinggi untuk penyakit saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Sebanyak 750 orang menderita penyakit difteri dan 29 orang diantaranya meninggal dunia sejak Januari hingga Oktober 2012. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Achmad Djaeli mengatakan penanganan penyakit difteri hanya dapat dicegah melalui imunisasi, serta deteksi dini dan pengobatan terhadap penderita difteri.
“Jika ditemukan sedini mungkin, itu masih bisa kita beri ADS (anti difteri serum) sehingga tidak menyebar kemana-mana. Yang bersangkutan kita obati dengan antibiotik sekaligus antitoksin,” ujar Achmad.
Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, Kementerian Kesehatan, Andi Muhadir mengutarakan, Jawa Timur mendapat perhatian khusus karena banyaknya kasus penyakit difteri yang di derita masyarakatnya, meski difteri juga ditemukan di beberapa provinsi lain di Indonesia.
“Kita ketahui Jawa Timur mempunyai jumlah penduduk yang nomor dua di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang seperti itu, di samping transportasi di Jawa Timur begitu maju, kasus ini menjadi mudah menular. Oleh karena itu kita memberikan prioritas kepada Jawa Timur,” ujar Andi.
Sementara itu Walikota Surabaya Tri Rismaharini membantah daerahnya termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri, karena data yang diterima Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan data yang banyak diperoleh dari Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Rumah Sakit rujukan milik pemerintah provinsi Jawa Timur.
Budi Rahayu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berharap, dengan imunisasi Difteri kepada anak dibawah usia 15 tahun, penyebaran penyakit difteri dapat ditekan dan diturunkan potensi resikonya.
“Harapannya tentu kasus difteri akan menurun tajam, karena dengan imunisasi yang diberikan secara tiga siklus, kekebalan menghadapi kasus kuman Difteri akan meningkat. Sehingga orang-orang yang sudah di imunisasi mempunyai kekebalan, dan bisa menangkal penyakit difteri,” ujar Budi.
Sebanyak 750 orang menderita penyakit difteri dan 29 orang diantaranya meninggal dunia sejak Januari hingga Oktober 2012. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Achmad Djaeli mengatakan penanganan penyakit difteri hanya dapat dicegah melalui imunisasi, serta deteksi dini dan pengobatan terhadap penderita difteri.
“Jika ditemukan sedini mungkin, itu masih bisa kita beri ADS (anti difteri serum) sehingga tidak menyebar kemana-mana. Yang bersangkutan kita obati dengan antibiotik sekaligus antitoksin,” ujar Achmad.
Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, Kementerian Kesehatan, Andi Muhadir mengutarakan, Jawa Timur mendapat perhatian khusus karena banyaknya kasus penyakit difteri yang di derita masyarakatnya, meski difteri juga ditemukan di beberapa provinsi lain di Indonesia.
“Kita ketahui Jawa Timur mempunyai jumlah penduduk yang nomor dua di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang seperti itu, di samping transportasi di Jawa Timur begitu maju, kasus ini menjadi mudah menular. Oleh karena itu kita memberikan prioritas kepada Jawa Timur,” ujar Andi.
Sementara itu Walikota Surabaya Tri Rismaharini membantah daerahnya termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri, karena data yang diterima Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan data yang banyak diperoleh dari Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Rumah Sakit rujukan milik pemerintah provinsi Jawa Timur.
Budi Rahayu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berharap, dengan imunisasi Difteri kepada anak dibawah usia 15 tahun, penyebaran penyakit difteri dapat ditekan dan diturunkan potensi resikonya.
“Harapannya tentu kasus difteri akan menurun tajam, karena dengan imunisasi yang diberikan secara tiga siklus, kekebalan menghadapi kasus kuman Difteri akan meningkat. Sehingga orang-orang yang sudah di imunisasi mempunyai kekebalan, dan bisa menangkal penyakit difteri,” ujar Budi.