Suara dentuman meriam di Manassas Bull Run, Virginia, Amerika Serikat, seolah membawa para pengunjung ke masa awal perang saudara negara ini pada tahun 1861. Acara reenactment atau reka ulang sejarah ini berlangsung selama tiga hari di penghujung bulan Juli baru lalu.
Perang saudara membagi Amerika menjadi dua kubu, Utara dan Selatan. Pasukan Utara yang disebut sebagai pasukan Union menyebut pertempuran pertama ini dengan istilah "Bull Run." Brigadir Jenderal Irvin McDowell menjadi komandan Union dalam pertempuran ini. Sedangkan Brigadir Jenderal Joseph E. Johnston dan Jenderal P.G.T. Beauregard memimpin pihak Selatan atau kubu Konfederasi dan menyebutnya dengan pertempuran pertama Manassas.
Kedua belah pihak bertemu di Manassas, negara bagian Virginia, dan kedua pihak sama-sama merencanakan penyerangan sayap kiri dengan kekuatan besar tentara mereka. Tapi, pihak Konfederasi lebih dahulu mengetahui rencana ini dan memindahkan pasukan mereka di saat yang tepat, dan membangun pasukan yang cukup kuat di sisi kanan untuk menyerbu pasukan Union yang pada akhirnya mundur teratur ke Utara. Pihak Konfederasi memenangkan pertempuran Manassas, sebagai pertempuran darat terbesar pertama yang menewaskan sekitar 5.000 orang baik itu tentara dan warga sipil, di mana 3.000 orang dari pihak Union tewas.
Acara reka ulang yang dimulai pada pukul 07.30 pagi dan berakhir pada pukul dua siang, melibatkan lebih dari 8.300 reenactor atau pereka ulang yang merupakan para relawan dari berbagai wilayah di Amerika. Mereka berpakaian sesuai dengan periode saat itu, menginap di tenda-tenda tentara dan membawa replika alat perang seperti pedang, meriam, dan senapan mesiu. Bedanya, peralatan perang ini hanya berisikan serbuk mesiu hitam tanpa peluru dan ditembakkan ke udara.
Ini adalah tahun pertama bagi Hillmoore, salah satu pereka ulang yang bergelar dalam bidang sejarah, untuk ikut dalam perhelatan ini. "Saya ikut acara ini karena saya menyukai sejarah. Love it! Dan bagi saya, ini adalah suatu cara untuk dapat memahami sejarah lebih baik. Menjalani kegiatan reka ulang ini adalah pengalaman seumur hidup saya yang tak akan terlupakan,” tuturnya.
Sementara bagi mereka yang terhitung "veteran" alias telah bertahun-tahun mengikuti acara ini, menjadi pereka ulang mempererat ikatan persaudaraan di antara mereka yang menurut kata-kata mereka, "Menjadikan kita sebuah keluarga."
Serangan hawa panas lebih dari 40 derajat Celsius yang melanda Amerika Serikat juga tidak menyurutkan semangat para pengunjung menyaksikan acara ini. Panitia kegiatan ini juga sigap. Mereka menyediakan bus menuju medan pertempuran dan tenda-tenda putih untuk berteduh, selain juga membagikan air putih dan dan menyediakan persiapan medis bagi pengunjung lanjut usia.
Tidak ketinggalan, beberapa pengunjung yang terlihat berpakaian layaknya penduduk yang hidup di tahun 1800-an. Mereka membawa serta anak-anak mereka dan berfoto dengan beberapa pereka ulang. Salah satunya, Laura Reese yang datang bersama suami dan dua anaknya yang berumur sekitar lima tahunan. Jackson, anak laki-lakinya, turut berpartisipasi dengan berpakaian seperti pasukan Konfederasi, yang dibeli ibunya online.
Menurut Laura, “Tidaklah terlambat untuk mengajari mengajarkan anak-anak bagaimana negara ini terbentuk, dan mengenai prinsip-prinsip serta pondasi yang membuat Amerika Serikat menjadi negara yang kuat seperti sekarang.”
Laura juga berharap, dengan menyaksikan acara reka ulang ini, anak-anaknya akan tertarik mempelajari Perang Saudara dan sejarah Amerika pada umumnya ketika mereka memasuki usia sekolah.
Kevin Walker, salah seorang pereka ulang mengungkapkan hal senada. “Kegiatan reka ulang ini sangat bagus untuk anak-anak yang datang, karena mereka bisa belajar bagaimana orang-orang Amerika saat itu telah berbuat yang terbaik untuk menciptakan negara yang besar dan kuat.”
Perang saudara Amerika ini berakhir empat tahun setelah pertempuran Manassas, yaitu pada tahun 1865. Walaupun lebih dari seabad telah berlalu, bagi para pereka ulang dan para pengunjung, kembali ke masa lalu lewat rekaan ulang ini dapat membantu mereka menghayati peristiwa yang mengubah Amerika ini. “Jika Anda tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, bagaimana Anda tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” seorang pereka ulang menyimpulkan di akhir acara.