Kanselir Jerman Angela Merkel dijadwalkan mengunjungi Moskow hari Sabtu (11/1) untuk berdialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pertemuan itu diperkirakan akan membahas krisis Iran, dimana Jerman dan Rusia menyerukan de-eskalasi, menyusul serangan AS yang membunuh Komandan Iran Qassem Soleimani dan serangan udara balasan Teheran terhadap markas militer Amerika di Irak.
Konflik di Ukraina juga termasuk dalam agenda, bersama kelanjutan jalur pipa gas Nord Stream 2 yang membentang dari Rusia sampai Jerman, di tengah-tengah penolakan keras dari Amerika Serikat.
Putin akan menerima Merkel tidak lama setelah kembali dari kunjungannya pekan ini ke Timur Tengah. Presiden Rusia telah melakukan kunjungan yang langka ke Damaskus, Suriah hari Selasa, kunjungan keduanya sejak Rusia ikut campur dalam perang saudara di tahun 2015.
Rusia membantu Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara Suriah. Iran dan pasukan proksinya juga turut membantu pasukan Assad saat itu.
Situasi rumit yang semakin berkembang dalam hubungan di Timur Tengah ini, membuat Rusia mencoba menghindari konflik baru di Iran, demikian menurut analis Andrew Foxall dari kelompok analis kebijakan The Henry Jackson Society.
Menurut Foxall, Iran menawarkan kesempatan kepada Presiden Putin untuk menjadi seorang peacemaker daripada seorang peace-breaker. Dalam hal ini, kepentingannya sama dengan Kanselir Merkel mengingat keduanya tetap berpegang pada kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 atau JCPOA.
Eropa dan Rusia mencoba mempertahankan JCPOA. Namun Presiden Donald Trump mengeluarkan AS dari kesepakatan itu di tahun 2018, dan mengatakan kesepakatan itu telah mati. (ti/jm)