KAIRO —
Para pengelola industri pariwisata di Mesir merayakan pembukaan sebuah hotel bebas alkohol di resor pantai populer Hurghada selama akhir pekan, sebuah langkah yang mereka harap dapat menarik para turis Muslim konservatif ke wilayah yang terkenal di kalangan turis lokal dan asing itu.
Hotel Le Roi merupakan salah satu dari hotel “kering” pertama di pantai Laut Merah, Mesir, yang dibuka di tengah kekhawatiran kelompok liberal bahwa penguasa Islamis akan membatasi kebebasan pribadi dan menekankan ideologi konservatif.
Mereka juga khawatir hotel-hotel semacam itu akan menghambat turis asing, yang jumlahnya menurun secara drastis menyusul kebangkitan yang menjungkalkan mantan presiden Hosni Mubarak pada 2011.
Yasser Kamal, pemilik hotel tersebut, menganggap remeh signifikansi politik dari pembukaan hotel itu.
“Ide meluncurkan hotel bebas alkohol bukan untuk memenuhi gerakan tertentu, namun untuk menyediakan pariwisata jenis baru,” ujarnya pada kantor berita milik pemerintah MENA.
Sebuah video YouTube menunjukkan para manajer hotel merayakan pembukaan tempat itu dengan menjajarkan botol-botol alkohol di luar gedung sebelum menumpahkan isinya dan memecahkan botol-botolnya.
Hotel tersebut, berisikan 134 kamar dan 35 kamar suite, mengalokasikan lantai teratas dan sebuah kolam renang khusus untuk perempuan.
Sekitar 14,5 juta orang berkunjung ke Mesir pada 2010, yang merupakan 10 persen dari aktivitas ekonomi di negara itu dan menghasilkan pemasukan US$12,5 miliar.
Namun jumlah turis turun menjadi sekitar 9,8 juta tahun berikutnya, mencerminkan gejolak politik pada saat itu, dan angka tersebut belum pulih seperti sebelum revolusi.
Pemerintahan Presiden Mohamed Mursi menaikkan pajak untuk minuman beralkohol pada Desember, namun membatalkannya setelah langkah itu dikritik kelompok oposisi.
Seorang pejabat pemerintah Mesir mengatakan pada Februari bahwa pemerintah tidak akan mengeluarkan atau memperbarui izin untuk penjualan alkohol di permukiman-permukiman baru di pinggir kota Kairo, Aleksandria dan kota-kota besar lainnya. (Reuters)
Hotel Le Roi merupakan salah satu dari hotel “kering” pertama di pantai Laut Merah, Mesir, yang dibuka di tengah kekhawatiran kelompok liberal bahwa penguasa Islamis akan membatasi kebebasan pribadi dan menekankan ideologi konservatif.
Mereka juga khawatir hotel-hotel semacam itu akan menghambat turis asing, yang jumlahnya menurun secara drastis menyusul kebangkitan yang menjungkalkan mantan presiden Hosni Mubarak pada 2011.
Yasser Kamal, pemilik hotel tersebut, menganggap remeh signifikansi politik dari pembukaan hotel itu.
“Ide meluncurkan hotel bebas alkohol bukan untuk memenuhi gerakan tertentu, namun untuk menyediakan pariwisata jenis baru,” ujarnya pada kantor berita milik pemerintah MENA.
Sebuah video YouTube menunjukkan para manajer hotel merayakan pembukaan tempat itu dengan menjajarkan botol-botol alkohol di luar gedung sebelum menumpahkan isinya dan memecahkan botol-botolnya.
Hotel tersebut, berisikan 134 kamar dan 35 kamar suite, mengalokasikan lantai teratas dan sebuah kolam renang khusus untuk perempuan.
Sekitar 14,5 juta orang berkunjung ke Mesir pada 2010, yang merupakan 10 persen dari aktivitas ekonomi di negara itu dan menghasilkan pemasukan US$12,5 miliar.
Namun jumlah turis turun menjadi sekitar 9,8 juta tahun berikutnya, mencerminkan gejolak politik pada saat itu, dan angka tersebut belum pulih seperti sebelum revolusi.
Pemerintahan Presiden Mohamed Mursi menaikkan pajak untuk minuman beralkohol pada Desember, namun membatalkannya setelah langkah itu dikritik kelompok oposisi.
Seorang pejabat pemerintah Mesir mengatakan pada Februari bahwa pemerintah tidak akan mengeluarkan atau memperbarui izin untuk penjualan alkohol di permukiman-permukiman baru di pinggir kota Kairo, Aleksandria dan kota-kota besar lainnya. (Reuters)