Menuju apa yang diperkirakan oleh para analis akan menjadi tahun terakhir untuk mengontrol kedua majelis di Kongres dan Gedung Putih, kini masih belum jelas apakah Partai Demokrat akan dapat memanfaatkan kesempatan untuk meloloskan prioritas legislatif utamanya menjadi undang-undang.
Minggu ini, ketika para anggota parlemen Demokrat merayakan dua kemenangan signifikan di gedung Capitol, dua Senator partai Demokrat justru mengisyaratkan bahwa mereka akan memblokir dua prioritas legislatif terbesar partainya itu. Sinyalemen itu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Partai Demokrat akan menghabiskan sisa masa bakti Kongres ke-117.
Pada hari Rabu, berbagai laporan mulai muncul bahwa pembicaraan antara Gedung Putih dan Senator Demokrat dari West Virginia Joe Manchin mengenai paket pengeluaran sosial dan iklim andalan Presiden Joe Biden telah gagal. Partai Demokrat tidak dapat kehilangan satu suara pun pada paket tersebut, yang berarti bahwa tanpa dukungan Manchin, RUU itu sama saja dengan mati, mengingat oposisi seluruh senator Partai Republik di majelis yang terbagi rata itu.
Berbicara kepada wartawan pada hari Jumat (17/12) dalam penerbaangan pesawat kepresidenan Air Force One yang membawa Biden ke Carolina Selatan, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan “Presiden akan menyelesaikan ini, dan kami akan menyelesaikannya sampai garis finis. Dan ya, itu akan memakan waktu lebih lama dari yang kami perkirakan.”
Juga hari Rabu, Senator Demokrat dari Arizona Kyrsten Sinema mengatakan bahwa dia tidak akan mendukung upaya untuk mengubah aturan Senat untuk memungkinkan Fraksi Demokrat meloloskan Freedom to Vote Act, sebuah paket RUU tentang hak pilih. Hal itu juga menunjukkan bahwa RUU itu mungkin juga akan gagal.
Dalam acara wisuda pada hari Jumat di South Carolina State University yang secara historis diperuntukkan bagi kalangan kulit hitam di kota Orangeburg, Biden berjanji akan terus bekerja untuk meloloskan undang-undang hak pilih tersebut. [lt/pp]