Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu (31/10) menyebut KTT G20 di Roma sebagai “sebuah keberhasilan” yang menghasilkan sesuatu yang nyata, terutama soal perubahan iklim, “meskipun banyak perbedaan pendapat” terjadi di antara negara-negara anggota kelompok tersebut.
Macron mengatakan KTT dua hari itu memberi kesempatan “untuk menghidupkan kembali fokus” di antara negara-negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia itu menjelang KTT Perubahan Iklim PBB yang jauh lebih luas, di Glasgow, Skotlandia, yang dimulai saat KTT G20 berakhir.
Pemimpin Prancis itu mengakui diperlukan lebih banyak usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris pada 2015, di mana negara-negara berkomitmen menahan kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
“Kini semua pekerjaan akan fokus untuk meraih upaya tambahan dari China, negara-negara berkembang, dan Rusia, agar (kebijakan) terus berjalan ke arah yang tepat,” ujar Macron.
Ia memuji kesepakatan para pemimpin G20 untuk mengakhiri pembiayaan publik bagi pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri, sesuai keputusan anggota G7 dalam pertemuan puncak di Cornwall, Inggris, pada Juni lalu.
Macron agak tegang ketika ditanya tentang perselisihan dengan Inggris soal hak penangkapan ikan, tetapi menegaskan bahwa ia tidak ingin ada eskalasi dari perselihan tersebut.
Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terjebak dalam perselisihan pasca Brexit mengenai penangkapan ikan di Selat Inggris. Prancis bersikeras akan menjatuhkan sanksi pada Inggris mulai Selasa (2/11), yang dapat mencakup blokade terhadap kapal-kapal Inggris.
Kedua pemimpin itu sempat melangsungkan pertemuan terpisah selama 30 menit di sela-sela KTT G20 pada Minggu (31/10). Dalam konferensi pers terpisah di akhir KTT G20, masing-masing pihak membahas meningkatnya ketegangan atas pemberian ijin penangkapan ikan itu.
“Saya tidak ingin ada eskalasi, tetapi kita harus menganggap hal ini serius,” tegas Macron. [em/jm]