Perwira tertinggi militer AS mengatakan bahwa sekalipun angkatan bersenjata Amerika Serikat masih yang terkuat di dunia, negara-negara lain sudah mulai menutup kesenjangan itu.
Saat mengumumkan Strategi Militer Nasional 2015 hari Rabu (1/7), Kepala Staff Militer Gabungan AS, Jenderal Martin Dempsey mengatakan negara-negara lain menanam modal sangat besar untuk kemampuan militer mereka.
Jenderal itu mengatakan bahwa sejak Departemen Pertahanan atau Pentagon menerbitkan strategi militernya yang terakhir tahun 2011, kekacauan di dunia telah meningkat dan sebagian dari kelebihan Amerika atas negara-negara lain telah mulai terkikis. Dempsey mengatakan militer Amerika perlu lebih ulet, inovatif dan terpadu serta tetap berdialog dengan negara-negara lain.
Strategi 2015 menunjukkan bahwa Rusia telah “berkali-kali menunjukkan bahwa negara itu tidak menghormati kedaulatan tetangganya” dan bersedia menggunakan kekuatan militer untuk mencapai sasarannya.
Strategi itu menyatakan “tindakan militer Rusia merongrong keamanan kawasan dengan langsung dan melalui pasukan lain yang diperalatnya,” yang mengacu pada bantuan Rusia bagi separatis di Ukraina timur.
Dokumen itu juga mengatakan program nuklir Iran mengkhawatirkan sekutu-sekutu Amerika di Timur Tengah dan bahwa Iran dengan giat mensponsori kelompok-kelompok teroris di Irak, Lebanon, Suriah dan Yaman.
Strategi itu menyebut Korea Utara “negara yang tidak menghormati hukum” yang mempunyai senjata nuklir dan sedang membuat rudal yang mampu mencapai Amerika Serikat.
Tetapi strategi itu mengatakan China berada di “tingkat yang berbeda” dan mendorong China untuk “menjadi mitra bagi keamanan internasional yang lebih besar.”
Namun, lebih lanjut strategi itu mengemukakan bahwa China dapat menjadi ancaman terhadap Amerika Serikat dan bahwa tindakannya di Laut China Selatan – tempat China memamerkan kekuatan militernya dalam sengketa wilayah dengan negara-negara tetangganya -- adalah “mengkhawatirkan.”