Militer AS telah menyelesaikan pembangunan dermaga untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, namun kondisi cuaca membuatnya tidak aman untuk menempatkan fasilitas yang terdiri dari dua bagian itu di posisinya, kata Pentagon pada hari Selasa (7/5).
Dermaga, yang mulai dibangun militer AS sejak bulan lalu itu akan menelan biaya setidaknya US$320 juta. Dermaga tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, yang telah dilanda perang antara Israel dan Hamas selama tujuh bulan terakhir.
“Sampai hari ini, pembangunan dua bagian dari JLOTS itu - dermaga terapung dan dermaga Trident - telah selesai dan menunggu pemindahan akhir di lepas pantai,” kata Wakil Juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada para wartawan, menggunakan singkatan dari Joint Logistics Over-the-Shore, nama resmi untuk dermaga tersebut.
“Hari ini masih ada angin kencang dan gelombang laut yang tinggi, yang menyebabkan kondisi yang tidak aman untuk memindahkan komponen JLOTS itu. Jadi bagian dermaga dan kapal militer yang terlibat dalam pembangunannya masih berada di pelabuhan Ashdod,” di Israel, kata Singh.
Komando Pusat AS “siap untuk memindahkan dermaga ke posisinya dalam waktu dekat,” tambahnya.
Kapal-kapal dan dermaga yang sedang dibangun dipindahkan ke pelabuhan karena cuaca buruk minggu lalu. Setelah cuaca cerah, dermaga tersebut akan disandarkan ke pantai Gaza oleh tentara Israel, sehingga pasukan AS tidak perlu mendarat.
Bantuan kemudian akan diangkut melalui kapal komersial ke platform terapung di lepas pantai Gaza, di mana bantuan tersebut akan dipindahkan ke kapal-kapal yang lebih kecil, dibawa ke dermaga, dan dibawa ke daratan dengan truk untuk didistribusikan.
Rencana pembangunan dermaga ini pertama kali diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden pada awal Maret lalu, ketika Israel menahan pengiriman bantuan melalui jalur darat, dan pasukan Angkatan Darat AS serta kapal-kapal segera dikerahkan ke Laut Tengah untuk membangun dermaga tersebut.
Sekitar dua bulan kemudian, situasi kemanusiaan di Gaza masih tetap memilukan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Selasa mengatakan bahwa Israel telah menolak akses ke penyeberangan Rafah, yang merupakan pintu masuk utama bantuan ke wilayah tersebut. [my/jm]
Forum