Militer Ethiopia hari Rabu (30/6) mengatakan mereka akan menghormati gencatan senjata sepihak yang diumumkan di Tigray, tetapi memperingatkan terhadap terjadinya setiap “provokasi” oleh pasukan pemberontak di wilayah itu.
Letjen Bacha Debele di Angkatan Pertahanan Nasional Ethiopia berbicara pada wartawan seusai menyampaikan pidato publik pertamanya sejak tentara Ethiopia mundur dari ibukota Tigray dan bagian-bagian lain wilayah itu Senin lalu (28/6).
Dalam pidatonya di Addis Ababa, Debele mengatakan militer akan “memburu” mereka yang tidak menghormati gencatan senjata yang diumumkan setelah konflik selama delapan bulan itu.
Ia juga mengeluarkan peringatan pada pasukan Tigray agar tidak “menuju jantung Ethiopia,” dan menegaskan bahwa jika mereka melakukannya maka “mereka tidak akan berhasil.”
Dengan kemungkinan masih terus berlanjutnya perang di wilayah itu, nasib lebih dari satu juta warga Tigray di daerah-daerah yang sulit dijangkau menjadi taruhannya. Sementara Ethiopia dan pihak berwenang lain di lapangan dituduh memblokir akses untuk mengirim bantuan bagi warga.
Ethiopia mengatakan pihaknya mengumumkan gencatan senjata atas dasar kemanusiaan, tetapi kesepakatan itu akan berakhir begitu musim tani yang penting di Tigray berakhir – atau berarti sekitar bulan September mendatang.
Pasukan Tigray, yang telah merebut kembali daerah-daerah utama pasca pertempuran sempit, telah menolak gencatan senjata dan mengatakan kepada Associated Press bahwa kesepakatan itu merupakan “lelucon yang menyakitkan” dan bertekad akan mengusir pasukan Ethiopia dan pasukan negara tetangga Eritrea.
Juru bicara pasukan Tigray Getachew Reda mengatakan kepada Associated Press bahwa tidak akan ada negosiasi dengan Ethiopia hingga dipulihkannya saluran komunikasi, transportasi dan layanan lain yang terputus atau hancur. [em/jm]