Militer Israel pada Senin (6/5) mengatakan, orang-orang di bagian timur Rafah harus mengungsi ke tempat yang disebut militer sebagai area kemanusiaan yang diperluas, yang sekarang mencakup Khan Younis. Ini merupakan langkah yang diambil sebelum rencana ofensif Israel di Rafah.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dalam postingan berbahasa Arab di media sosial mengatakan bahwa militer Israel akan bertindak tegas terhadap organisasi-organisasi teroris di Rafah, dan bahwa siapa pun yang berada di area itu akan membahayakan nyawa mereka sendiri.
Israel sedang mempersiapkan “operasi bercakupan terbatas” di Rafah, kata juru bicara itu. Sekitar 100 ribu orang diminta untuk meninggalkan daerah evakuasi.
Israel sebelumnya telah mengeluarkan peringatan semacam itu di tengah-tengah kampanyenya untuk melenyapkan kelompok militan Hamas di Jalur Gaza. Banyak di antara orang Palestina yang berada di Rafah adalah para pengungsi yang menuju ke sana setelah Israel memperingatkan mereka agar meninggalkan wilayah-wilayah lain di Gaza.
Peta yang disediakan militer Israel sebelumnya memperlihatkan zona kemanusiaan di sebelah barat Khan Younis, di sepanjang pesisir Gaza. Pengumuman pada Senin memperluas area itu hingga ke utara di sepanjang pesisir itu, serta ke bagian timur yang mencakup Khan Younis.
Israel telah mengatakan bahwa ofensif di Rafah diperlukan untuk mengalahkan Hamas, sementara AS, PBB dan negara-negara lain telah memperingatkan mengenai kemungkinan bencana kemanusiaan jika Israel melancarkan serangan besar-besaran di daerah di mana lebih dari setengah populasi Gaza berlindung.
Reuters mengutip seorang pejabat senior Hamas yang menyebut perintah evakuasi bagi Rafah itu “eskalasi berbahaya yang akan ada konsekuensinya.”
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyoroti masalah ini lagi pada percakapannya pada Minggu dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Sebuah pernyataan Pentagon mengatakan Austin “mengukuhkan lagi komitmennya terhadap pemulangan para sandera dan menekankan perlunya bagi setiap operasi militer Israel di Rafah untuk memasukkan rencana yang kredibel guna mengevakuasi warga sipil Palestina dan mempertahankan aliran bantuan kemanusiaan.”
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan Gallant menegaskan kepada Austin bahwa tindakan militer diperlukan di Rafah, dan bahwa tidak ada alternatif untuk itu.
Badan bantuan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan di media sosial pada Senin, bahwa operasi Israel di Rafah akan menyebabkan “lebih banyak lagi penderitaan dan kematian warga sipil” dan konsekuensi yang “menghancurkan” bagi lebih dari 1 juta orang yang berlindung di sana.
UNRWA mengatakan akan “mempertahankan kehadiran di Rafah selama mungkin dan akan terus memberikan bantuan darurat bagi orang-orang.”
Sementara itu para perunding terus mengupayakan terobosan dalam pembicaraan gencatan senjata yang dimaksudkan untuk menghentikan pertempuran untuk sementara waktu dan membebaskan para sandera yang masih ditawan Hamas di Gaza.
Setelah tampaknya tidak ada kemajuan yang dilaporkan dalam pembicaraan dengan para mediator Qatar dan Mesir pada hari Minggu, delegasi Hamas meninggalkan Kairo untuk berkonsultasi dengan pimpinannya dan berencana kembali ke Kairo pada hari Selasa.
Sebelumnya, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kelompok itu menginginkan gencatan senjata komprehensif yang akan mengakhiri “agresi” Israel dan menjamin penarikan Israel dari Gaza, sementara Hamas membebaskan sekitar 100 sandera sebagai imbalan atas pembebasan ratusan orang Palestina yang dipenjarakan oleh Israel. [uh/ns]
Forum