Militer Malaysia mundur dari laporan bahwa pihaknya melacak pesawat penumpang yang hilang itu jauh dari lintasan penerbangan yang direncanakan, yang menimbulkan keraguan lebih jauh mengenai keberadaan pesawat dan 239 orang di dalamnya.
Dalam pernyataan Rabu (12/3), pimpinan Angkatan Udara Rodzali Daud mengatakan ia tidak dapat menutup kemungkinan bahwa pesawat Malaysian Airlines itu membelok dari arah semula. Tetapi, ia mengatakan laporan media yang mengklaim militer melacak pesawat itu di atas Selat Malaka "jelas laporan yang tidak tepat dan salah."
Selat Malaka ada di lepas pantai barat semenanjung Malaysia dan ratusan kilometer dari posisi pesawat ketika pengawas lalu-lintas udara sipil kehilangan kontak dengan Boeing 777 itu. Pencarian awal pesawat itu dipusatkan terutama di Laut China Selatan, yang terletak di lepas pantai timur.
Jika pesawat itu memang benar sampai ke Selat Malaka, akan timbul pertanyaan apakah jet itu mengalami bencana tiba-tiba tak lama setelah lepas landas yang mencegah pilot berkomunikasi dengan pihak berwenang.
Pesawat itu, dengan 239 orang di dalamnya, hilang dari radar sipil tanpa memberitahu adanya bahaya kira-kira sejam setelah berangkat dari Kuala Lumpur menuju Beijing Sabtu pagi, saat kondisi cuaca cerah.
Saat pencarian memasuki hari kelima, banyak kerabat para penumpang merasa semakin frustrasi dengan kurangnya jawaban dan terkadang informasi yang kontradiktif dari pemerintah Malaysia.
Setelah bertemu perwakilan pemerintah Malaysia Rabu di Beijing, seorang anggota keluarga mengatakan ia tidak merasa mendapat informasi yang cukup.
Pemerintah China pada Rabu juga mengatakan informasi yang berlawanan mengenai pesawat tersebut "cukup kacau."
Pimpinan Interpol mengatakan hilangnya pesawat itu tampaknya tidak berhubungan dengan terorisme. Tetapi, John Brennan, direktur CIA Amerika, mengatakan ia tidak menutup kemungkinan itu.
Sementara itu, dugaan-dugaan muncul mengingat perilaku di masa lalu dari salah seorang pilot. Seorang perempuan Afrika Selatan, Jonti Roos, mengatakan pada acara Channel Nine TV Australia bahwa pilot utama Fariq Abdul Hamid mengundangnya dan seorang perempuan lagi ke dalam kokpit salah satu penerbangan dua tahun lalu. Ia memperlihatkan foto peristiwa pada 2011 itu.
Malaysia Airlines, dalam pernyataan tertulis, mengatakan "terkejut" dengan dugaan tersebut, yang disebutnya "sangat serius." Maskapai tersebut belum bisa mengukuhkan validitas gambar tersebut.
Dalam pernyataan Rabu (12/3), pimpinan Angkatan Udara Rodzali Daud mengatakan ia tidak dapat menutup kemungkinan bahwa pesawat Malaysian Airlines itu membelok dari arah semula. Tetapi, ia mengatakan laporan media yang mengklaim militer melacak pesawat itu di atas Selat Malaka "jelas laporan yang tidak tepat dan salah."
Selat Malaka ada di lepas pantai barat semenanjung Malaysia dan ratusan kilometer dari posisi pesawat ketika pengawas lalu-lintas udara sipil kehilangan kontak dengan Boeing 777 itu. Pencarian awal pesawat itu dipusatkan terutama di Laut China Selatan, yang terletak di lepas pantai timur.
Jika pesawat itu memang benar sampai ke Selat Malaka, akan timbul pertanyaan apakah jet itu mengalami bencana tiba-tiba tak lama setelah lepas landas yang mencegah pilot berkomunikasi dengan pihak berwenang.
Pesawat itu, dengan 239 orang di dalamnya, hilang dari radar sipil tanpa memberitahu adanya bahaya kira-kira sejam setelah berangkat dari Kuala Lumpur menuju Beijing Sabtu pagi, saat kondisi cuaca cerah.
Saat pencarian memasuki hari kelima, banyak kerabat para penumpang merasa semakin frustrasi dengan kurangnya jawaban dan terkadang informasi yang kontradiktif dari pemerintah Malaysia.
Setelah bertemu perwakilan pemerintah Malaysia Rabu di Beijing, seorang anggota keluarga mengatakan ia tidak merasa mendapat informasi yang cukup.
Pimpinan Interpol mengatakan hilangnya pesawat itu tampaknya tidak berhubungan dengan terorisme. Tetapi, John Brennan, direktur CIA Amerika, mengatakan ia tidak menutup kemungkinan itu.
Sementara itu, dugaan-dugaan muncul mengingat perilaku di masa lalu dari salah seorang pilot. Seorang perempuan Afrika Selatan, Jonti Roos, mengatakan pada acara Channel Nine TV Australia bahwa pilot utama Fariq Abdul Hamid mengundangnya dan seorang perempuan lagi ke dalam kokpit salah satu penerbangan dua tahun lalu. Ia memperlihatkan foto peristiwa pada 2011 itu.
Malaysia Airlines, dalam pernyataan tertulis, mengatakan "terkejut" dengan dugaan tersebut, yang disebutnya "sangat serius." Maskapai tersebut belum bisa mengukuhkan validitas gambar tersebut.