Tautan-tautan Akses

Misa di Mongolia, Paus Beri Salam Khusus Bagi Warga China


Paus Fransiskus menghadiri misa suci di Steppe Arena, Ulaanbaatar, dalam kunjungannya ke Mongolia pada 3 September 2023. (Foto: Vatican Media/­Handout via Reuters)
Paus Fransiskus menghadiri misa suci di Steppe Arena, Ulaanbaatar, dalam kunjungannya ke Mongolia pada 3 September 2023. (Foto: Vatican Media/­Handout via Reuters)

Paus Fransiskus, pada Minggu (3/9), mengirim salam khusus kepada orang-orang "mulia" di China dalam sambutan yang langsung memicu tepuk tangan di akhir Misa yang dirayakan di negara tetangga, Mongolia, dalam kunjungan kepausan pertama ke negara itu. Kunjungan tersebut sebagian besar dibayangi oleh Beijing dan penindasan terhadap minoritas agama.

Paus mengajak sejumlah uskup Hong Kong yang telah pensiun dan uskup Hong Kong saat ini, Kardinal John Hon Tong dan Kardinal terpilih Stephen Chow naik ke atas panggung, menggenggam tangan mereka dan mengatakan kepada kerumunan orang yang terdiri dari banyak peziarah asal China daratan bahwa ia berharap mereka semua baik-baik saja.

"Saya ingin memanfaatkan kehadiran mereka untuk mengirimkan salam hangat kepada rakyat China yang mulia," kata Fransiskus. "Kepada semua orang (China.red) saya berharap yang terbaik dan selalu maju, selalu maju."

"Saya meminta umat Katolik China untuk menjadi orang Kristen yang baik dan warga negara yang baik," tambahnya, yang disambut sorak-sorai dari kerumunan orang yang berkumpul di Steppe Arena, di ibu kota Ulaanbaatar. Itu adalah pertama kalinya Paus Fransiskus secara terbuka menyebut China dalam kunjungannya selama empat hari, meskipun terdapat bayang-bayang besar yang membayangi Beijing dan Mongolia.

Partai Komunis China, yang berkuasa selama bertahun-tahun, telah melancarkan tindakan keras terhadap agama dengan memperketat kontrol – terutama terhadap agama Kristen dan Islam – yang dianggap sebagai impor pihak asing dan penantang potensial terhadap otoritas Komunis.

Tindakan keras yang menargetkan Uyghur di wilayah Xinjiang barat laut telah menjadi sangat sengit, di mana lebih dari 1 juta anggota etnis minoritas secara paksa dikirim ke pusat-pusat pendidikan yang mirip penjara. Beberapa laporan mengatakan banyak diantara mereka telah disiksa, dilecehkan secara seksual, dan dipaksa meninggalkan bahasa dan agama mereka.

PBB pada tahun lalu menuduh China melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius yang dapat dianggap sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan." China membantah menarget kelompok Uyghur dan yang lainnya karena agama dan budaya mereka, mengecam tuduhan itu sebagai kebohongan oleh Barat, dan mengatakan tindakan kerasnya bertujuan untuk menumpas separatisme, terorisme, dan ekstremisme agama.

Paus mengirim telegram ucapan selamat kepada Presiden Xi Jinping saat pesawatnya terbang melalui wilayah udara China pada Jumat (1/9) pagi, dengan mengatakan "berkat ilahi berupa persatuan dan perdamaian."

Kementerian Luar Negeri China mengakui hal itu dan menyebutnya sebagai "keramahan dan niat baik."

Tetapi di saat sekelompok kecil peziarah asal China menghadiri misa utama Paus itu, tidak ada uskup China daratan yang diyakini telah diberi izin untuk melakukan perjalanan untuk menghadiri kunjungan Paus ke Mongolia. Ketidakhadiran mereka menggarisbawahi lemahnya kesepakatan Vatikan-China pada tahun 2018 tentang nominasi uskup Katolik, yang telah dilanggar oleh Beijing dengan membuat penunjukan secara sepihak. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG