Misi pemantau HAM PBB di Ukraina baru saja mengeluarkan laporan ke-10 mengenai situasi di Ukraina dari periode 16 Februari sampai 15 Mei.
Rusia membantah tentaranya bertempur di Ukraina timur, dan mengatakan mereka yang bertempur bersama dengan para pemberontak pro-Rusia adalah relawan. Sejak pasukan bersenjata Ukraina menangkap dua warga Rusia bulan lalu, Kremlin telah menolak mengakui mereka sebagai anggota militer Rusia.
Namun, Wakil Sekjen PBB urusan HAM Ivan Simonovic mengatakan para pemantau yang mewawancarai kedua tentara Rusia itu secara tertutup pada tanggal 21 Mei mendapat kesimpulan berbeda.
"Semakin banyak bukti bahwa tentara aktif dari Federasi Rusia mungkin beroperasi di Ukraina. Dalam kasus-kasus ini, kita harus sangat hati-hati karena orang-orang yang kami kunjungi itu merupakan subyek investigasi kriminal oleh pemerintah Ukraina dan mereka didakwa melakukan aksi teroris. Dan orang-orang itu dalam posisi terhimpit karena Federasi Rusia juga mengawasi dengan ketat apa yang mereka katakan atau tidak katakan,” ujarnya.
Simonovic mengatakan bahwa ada juga berbagai laporan tentang persenjataan berat yang canggih dan para pejuang yang dikerahkan dari Federasi Rusia.
Laporan itu mendapati lebih dari 6.400 orang tewas dan hampir 16.000 orang cedera di Ukraina timur antara pertengahan April 2014 sampai 30 Mei tahun ini. Laporan itu mengatakan bahwa angka itu adalah perkiraan konservatif dan jumlah pastinya kemungkinan besar lebih banyak. Juga dikatakan sekitar 1,2 juta orang kehilangan tempat tinggal dan ratusan ribu lainnya mengungsi ke Rusia dan negara lainnya.
Laporan itu mencatat penembakan membabi buta berkurang sejak diadopsinya perjanjian perdamaian Minsk pada tanggal 12 Februari. Tetapi ditambahkan, penembakan itu belum berhenti, dan warga sipil terus hidup dalam ketakutan. Laporan itu mendokumentasikan serangkaian pelanggaran HAM.
Simonovic mengatakan kepada VOA ada tuduhan kedua pihak mungkin telah melakukan kejahatan perang, tetapi catatan mengenai kejahatan semacam itu lebih banyak di wilayah yang dikuasai pemberontak.
“Ada tuduhan pembunuhan, penyiksaan, kerja paksa, penjarahan dan pemerasan yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata. Ada beberapa tuduhan terhadap kedua pihak, kami hanya menemukan bukti tuduhan yang dilakukan kelompok bersenjata. Ada juga tuduhan terhadap pemerintah yang sedang kami selidiki,” tambah Simonovic.
Laporan itu mengatakan pelanggaran HAM terus berlanjut di Krimea sejak Rusia menganeksasi semenanjung itu pada tanggal 4 Maret 2014. Dikatakan, penangkapan, perlakuan kejam, penyiksaan, dan intimidasi dilakukan terhadap pihak yang beroposisi secara politik, terutama komunitas Tatar Krimea.