Rakyat Mongolia memberikan suara mereka dalam pemilu parlemen, Rabu (24/6). Antrean panjang terlihat di TPS-TPS yang tersebar di berbagai penjuru negara itu.
Di ibu kota, Ulaanbaatar, para pemilih diminta menjaga jarak dua meter satu sama lain. Saat hendak memasuki TPS, para pemilih diwajibkan menjalani uji temperatur untuk memastikan mereka tidak sedang sakit dan diberi cairan pencuci tangan.
Mongolia terbilang sukses menangani wabah virus corona. Di negara berpenduduk 3,2 juta orang itu hanya ditemukan 215 kasus yang telah dikukuhkan dan tak seorang pun dilaporkan meninggal dunia. Semua kasus itu dilaporkan sebagai kasus impor.
Polisi, tentara keamanan, dan agen intelijen dikerahkan untuk mengamankan pemilu. Mereka juga harus memastikan tidak ada praktik jual beli suara, menyusul munculnya desas-desus bahwa sejumlah kandidat menawarkan uang kontan kepada para pendukung mereka dan transportasi gratis.
Para pemilih sebetulnya sudah bisa memberikan suara mereka sejak Selasa, melalui mobil-mobil TPS yang disebar di berbagai penjuru negara itu. Hasil final pemilu tersebut baru bisa diketahui pada Kamis (25/6).
Partai Rakyat Mongolia (MPP) berusaha mempertahankan 65 kursi yang diperolehnya pada pemilu 2016 di parlemen yang beranggotakan 76 orang itu. Namun, saingan utamanya, Partai Demokrat, juga berusaha keras merebut kembali kursi-kursi mereka yang hilang pada pemilu sebelumnya.
Ekonomi merupakan salah satu isu yang dipertimbangkan para pemilih. Mongolia adalah negara yang wilayahnya terjepit antara Rusia dan China. Negara yang kaya sumber daya mineral ini sedang kesulitan menarik investasi asing karena anjloknya harga-harga komoditas dan pertikaian seru antara pemerintah dan investor-investor besar seperti perusahaan tambang raksasa Rio Tinto. [ab/uh]