KAIRO, MESIR —
Para pendukung Presiden Morsi melambaikan bendera dan menyerukan slogan untuk mendukungnya setelah berkumpul di luar istana kepresidenan Jumat pagi hari. Reli pro-Morsi itu berlangsung pada saat yang sama para penentang Morsi berkumpul di alun-alun Tahrir di Kairo.
Berbicara di hadapan massa di luar istana kepresidenan, Morsi menekankan bahwa ia “tidak akan pernah berpihak ke satu partai di Mesir dibanding partai lainnya. Dalam pidato itu, ia juga menuduh apa yang disebutnya “preman atau orang jahat” yang berusaha menghancurkan berbagai institusi negara Mesir.
Ia mengatakan Mesir tidak dapat membiarkan orang-orang korup, seperti pada rezim Mubarak di masa lalu, menggunakan preman untuk menyerang institusi-institusi negara. Ini bukan keinginan pribadi saya, tetapi adalah hak semua orang.
Presiden Morsi mengatakan prioritas utamanya adalah mempertahankan tujuan dari revolusi tahun lalu, dan ia menuduh pengadilan “mengeluarkan sejumlah vonis aneh” dan berusaha “memanipulasi situasi politik.”
Di alun-alun Tahrir di Kairo, para penentang sekuler Presiden Morsi dan sekutunya Ikhwanul Muslimin mengecam langkahnya mengkonsolidasi kekuasaan dan memintanya mundur. Sejumlah mantan calon presiden Amr Moussa, Hamdeen Sabahi dan Mohamed ElBaradei bergabung dalam demonstrasi itu guna membatalkan keputusan presiden yang kontroversial tersebut.
Penerbit senior dan aktivis HAM Mesir Hisham Kassem mengatakan banyak rakyat biasa Mesir marah akibat keputusan Presiden Morsi. “Orang-orang sangat marah … mereka yang biasanya tidak ikut politik tetapi melihat apa yang terjadi,” ujar Kassem.
Pada hari Jumat, demonstran anti-Morsi menjarah dan membakar sebuah kantor politik Ikhwanul Muslimin di kota Alexandria menyusul bentrokan dengan para pendukung presiden. Dua kantor utama mereka lainnya diserang di Suez dan Mahalla al Kubra. Polisi juga menembakkan gas air mata ke arah demonstran muda di alun-alun Tahrir.
Kassem mengatakan gerakan Islamis pada umumnya bertujuan meraih kekuasaan. “Gerakan Islamis mengandung bahaya politik, menjadi ancaman bagi negara dan mereka tidak akan pernah berlaku demokratis," katanya. "Setelah mendapat kesempatan untuk mengkonsolidasi kekuasaan lewat langkah-langkah otoriter, mereka langsung melakukannya. Mereka tidak percaya demokrasi.”
Kassem mengatakan sejumlah pihak di Mesir mempertanyakan pemilihan waktu Presiden Morsi untuk memberi dirinya berbagai wewenang luas baru. Ini terjadi menyusul upaya sukses hari Rabu dalam menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Ia mengatakan beberapa analis berpendapat Presiden Morsi mungkin merasa mendapat kekuatan dari pujian dari Amerika dan dunia Barat mengenai perannya dalam konflik itu.
Berbicara di hadapan massa di luar istana kepresidenan, Morsi menekankan bahwa ia “tidak akan pernah berpihak ke satu partai di Mesir dibanding partai lainnya. Dalam pidato itu, ia juga menuduh apa yang disebutnya “preman atau orang jahat” yang berusaha menghancurkan berbagai institusi negara Mesir.
Ia mengatakan Mesir tidak dapat membiarkan orang-orang korup, seperti pada rezim Mubarak di masa lalu, menggunakan preman untuk menyerang institusi-institusi negara. Ini bukan keinginan pribadi saya, tetapi adalah hak semua orang.
Presiden Morsi mengatakan prioritas utamanya adalah mempertahankan tujuan dari revolusi tahun lalu, dan ia menuduh pengadilan “mengeluarkan sejumlah vonis aneh” dan berusaha “memanipulasi situasi politik.”
Di alun-alun Tahrir di Kairo, para penentang sekuler Presiden Morsi dan sekutunya Ikhwanul Muslimin mengecam langkahnya mengkonsolidasi kekuasaan dan memintanya mundur. Sejumlah mantan calon presiden Amr Moussa, Hamdeen Sabahi dan Mohamed ElBaradei bergabung dalam demonstrasi itu guna membatalkan keputusan presiden yang kontroversial tersebut.
Penerbit senior dan aktivis HAM Mesir Hisham Kassem mengatakan banyak rakyat biasa Mesir marah akibat keputusan Presiden Morsi. “Orang-orang sangat marah … mereka yang biasanya tidak ikut politik tetapi melihat apa yang terjadi,” ujar Kassem.
Pada hari Jumat, demonstran anti-Morsi menjarah dan membakar sebuah kantor politik Ikhwanul Muslimin di kota Alexandria menyusul bentrokan dengan para pendukung presiden. Dua kantor utama mereka lainnya diserang di Suez dan Mahalla al Kubra. Polisi juga menembakkan gas air mata ke arah demonstran muda di alun-alun Tahrir.
Kassem mengatakan gerakan Islamis pada umumnya bertujuan meraih kekuasaan. “Gerakan Islamis mengandung bahaya politik, menjadi ancaman bagi negara dan mereka tidak akan pernah berlaku demokratis," katanya. "Setelah mendapat kesempatan untuk mengkonsolidasi kekuasaan lewat langkah-langkah otoriter, mereka langsung melakukannya. Mereka tidak percaya demokrasi.”
Kassem mengatakan sejumlah pihak di Mesir mempertanyakan pemilihan waktu Presiden Morsi untuk memberi dirinya berbagai wewenang luas baru. Ini terjadi menyusul upaya sukses hari Rabu dalam menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Ia mengatakan beberapa analis berpendapat Presiden Morsi mungkin merasa mendapat kekuatan dari pujian dari Amerika dan dunia Barat mengenai perannya dalam konflik itu.