Presiden Mesir Mohammed Morsi berbicara tentang tantangan-tantangan yang dihadapi pemerintahannya dan kawasannya.
Presiden Morsi mengatakan Mesir, Timur Tengah, dan dunia pada umumnya berada di “persimpangan kritis dalam sejarah.”
“Masyarakat Mesir saat ini sedang mengalami peralihan besar dari kediktatoran ke demokrasi. Tidak mudah untuk melakukan ini” ujarnya.
Ia mengatakan beralih dari ketidakadilan sosial ekonomi ke kesetaraan sosial, Mesir akan tergantung pada rakyatnya, yang disebutnya sebagai “penjamin keberhasilan akhir.” Namun Morsi mengatakan negaranya juga akan tergantung pada bantuan “mitra-mitra di luar perbatasan Mesir.”
Ia mengatakan Mesir menghadapi banyak tantangan, tetapi juga punya banyak kesempatan.
“Apakah kita dapat mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita daripada dunia yang kita warisi? Saya rasa bisa. Jawabannya, tentu saja, bisa. Harus bisa,” tegasnya.
Ia mengatakan rakyat Mesir bangkit tahun 2011 “terang-terangan menuntut kebebasan, martabat, demokrasi dan keadilan.” Dunia, ujarnya, sangat membutuhkan pola pengaturan global yang “membantu orang di manapun hidup bebas.”
“Bebas dari rasa takut, penindasan dan dominasi, kemiskinan, penyakit, kebodohan. Kita membutuhkan model pengaturan global yang memungkinkan orang berharap dan mewujudkan harapan itu menjadi kenyataan,” paparnya lagi.
Morsi mengatakan model pengaturan global yang demikian tidak bisa ditemukan di Suriah atau Gaza. Revolusi Arab, ujarnya, terjadi karena rakyat menyadari mereka adalah “sumber kekuasaan nyata.”
“Kita tidak boleh lagi mencari cara untuk cuci tangan atau menutupi penyiksaan atau pelecehan,” tegasnya.
Pemimpin Mesir itu juga membicarakan kekerasan baru-baru ini di dunia Muslim. Kekerasan itu mengakibatkan tewasnya Duta Besar Amerika untuk Libya dan tiga warga Amerika lainnya. Kekerasan itu dipicu oleh video di You Tube yang mencemooh Islam dan Nabi Muhammad.
“Sementara kita harus mengakui pentingnya kebebasan berpendapat, kita juga harus mengakui bahwa kebebasan yang seperti itu harus disertai tanggung jawab, khususnya ketika kebebasan itu berdampak serius pada stabilitas dan perdamaian internasional. Warisan universal kemanusiaan adalah warisan bersama yang tidak pandang warna kulit, keyakinan, atau budaya,” ujarnya.
Ia menambahkan jika orang ingin hidup berdampingan dan makmur, mereka harus hidup bersama, tidak saling menguasai.
Presiden Morsi mengatakan Mesir, Timur Tengah, dan dunia pada umumnya berada di “persimpangan kritis dalam sejarah.”
“Masyarakat Mesir saat ini sedang mengalami peralihan besar dari kediktatoran ke demokrasi. Tidak mudah untuk melakukan ini” ujarnya.
Ia mengatakan beralih dari ketidakadilan sosial ekonomi ke kesetaraan sosial, Mesir akan tergantung pada rakyatnya, yang disebutnya sebagai “penjamin keberhasilan akhir.” Namun Morsi mengatakan negaranya juga akan tergantung pada bantuan “mitra-mitra di luar perbatasan Mesir.”
Ia mengatakan Mesir menghadapi banyak tantangan, tetapi juga punya banyak kesempatan.
“Apakah kita dapat mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita daripada dunia yang kita warisi? Saya rasa bisa. Jawabannya, tentu saja, bisa. Harus bisa,” tegasnya.
Ia mengatakan rakyat Mesir bangkit tahun 2011 “terang-terangan menuntut kebebasan, martabat, demokrasi dan keadilan.” Dunia, ujarnya, sangat membutuhkan pola pengaturan global yang “membantu orang di manapun hidup bebas.”
“Bebas dari rasa takut, penindasan dan dominasi, kemiskinan, penyakit, kebodohan. Kita membutuhkan model pengaturan global yang memungkinkan orang berharap dan mewujudkan harapan itu menjadi kenyataan,” paparnya lagi.
Morsi mengatakan model pengaturan global yang demikian tidak bisa ditemukan di Suriah atau Gaza. Revolusi Arab, ujarnya, terjadi karena rakyat menyadari mereka adalah “sumber kekuasaan nyata.”
“Kita tidak boleh lagi mencari cara untuk cuci tangan atau menutupi penyiksaan atau pelecehan,” tegasnya.
Pemimpin Mesir itu juga membicarakan kekerasan baru-baru ini di dunia Muslim. Kekerasan itu mengakibatkan tewasnya Duta Besar Amerika untuk Libya dan tiga warga Amerika lainnya. Kekerasan itu dipicu oleh video di You Tube yang mencemooh Islam dan Nabi Muhammad.
“Sementara kita harus mengakui pentingnya kebebasan berpendapat, kita juga harus mengakui bahwa kebebasan yang seperti itu harus disertai tanggung jawab, khususnya ketika kebebasan itu berdampak serius pada stabilitas dan perdamaian internasional. Warisan universal kemanusiaan adalah warisan bersama yang tidak pandang warna kulit, keyakinan, atau budaya,” ujarnya.
Ia menambahkan jika orang ingin hidup berdampingan dan makmur, mereka harus hidup bersama, tidak saling menguasai.