Apakah Turki bisa dipercayai sebagai mitra NATO? Sejumlah penyusun kebijakan dan analis luar negeri khawatir itu tidak bisa terjadi.
Ancaman minggu ini oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk melancarkan invasi militer ke daerah mayoritas Kurdi di Suriah utara memunculkan kemungkinan pertikaian sengit antara Ankara dan NATO, termasuk Amerika, yang bermitra dengan kelompok Kurdi Suriah untuk menumpas ISIS.
Hubungan Erdogan menghangat dengan Presiden Rusia Vladimir Putih, serta pembelian sistem pertahanan udara Rusia yang canggih oleh Turki, serta juga strateginya di Suriah yang bertentangan dengan mitra NATO lainnya, semua ini merenggangkan hubungan Turki dengan pihak Barat dan mendekati keretakan, demikian kata analis.
Pejabat Pentagon juga mengungkapkan rasa frustrasi mereka dengan tanda-tanda pendekatan yang dilakukan Erdogan terhadap Iran.
Krisis hubungan Turki-NATO kini segawat seperti pada 1974, ketika Turki melakukan invasi terhadap Siprus. Tidak ada mekanisme bagi pengeluaran negara anggota NATO dari organisasi pertahanan itu. Tetapi di Washington dan berbagai ibukota Eropa pembicaraan semakin nyaring di kalangan penyusun kebijakan dan analis luar negeri, apakah Turki bisa bertahan di dalam NATO, dan apakah sudah saatnya bagi negara itu keluar atau dikeluarkan dari persekutuan tersebut. (jm/ka)