Tautan-tautan Akses

Museum Indonesia, Riwayatmu Kini


Museum Nasional yang sedang direnovasi di Jakarta, 22 April 2024. (Foto: Yasuyoshi/AFP)
Museum Nasional yang sedang direnovasi di Jakarta, 22 April 2024. (Foto: Yasuyoshi/AFP)

Kekunoan, menyeramkan, hanya menampilkan masa lalu. Mungkin banyak yang sependapat kalau diminta membayangkan tentang museum. Apakah citra mengenai museum di Indonesia masih seperti ini? Apa saja yang harus dibenahi?

Museum ember! Tahukah Anda apa dan di mana lokasinya? Museum ini ditemukan oleh Kelompok Pencinta Museum Indonesia (KPMI) pada 2013 dalam salah satu kunjungan ke Taman Mini Indonesia Indiah (TMII), yang ketika itu memiliki sekitar 15 museum.

“Di tahun 2013, ada banyak bangunan bocor. Jadi sampai kita bilang banyak ember di beberapa museum, sampai kita menyebutnya ‘museum ember," kata Anna Christy Naomi, salah seorang pendiri KPMI yang juga didirikan pada 2013.

Anna Christie Naomi, co-founder KPMI (dok. pribadi).
Anna Christie Naomi, co-founder KPMI (dok. pribadi).

Anna melihat kondisi di museum-museum tersebut sudah membaik pada kunjungan KPMI di tahun-tahun berikutnya. Meski demikian, ia sempat menceritakan kondisi ironis sebuah museum di salah satu kota besar di Jawa Barat yang juga menjadi tempat pariwisata.

Ironis, kata Anna yang tidak mau menyebut lokasi persisnya, karena museum tersebut tetap berani memamerkan koleksi yang sudah mulai rusak, dan bangunan museum dalam kondisi sangat menyedihkan.

Ini, seperti kata Anna, seperti memperkuat bayangan masyarakat mengenai museum sebagai tempat suram yang menyimpan benda-benda tua, sejarah masa lalu, kuno, dan membosankan. Apakah ini yang masih membuat masyarakat enggan mengunjungi museum?.

“Secara umum masih. Memang saya belum menjamah semua museum di Indonesia, jadi tidak bisa digeneralisir. Tapi kalau dari beberapa kota yang saya datangi, memang sangat minim kemauan orang untuk datang ke museum," kata Jelita Permata, dosen desain komunikasi visual di Universitas Paramadina, yang juga peminat museum dan isu-isu terkait manajemen dan pemasaran museum di Indonesia.

Kunjungan ke museum, lanjutnya, lebih karena kewajiban, seperti di kalangan anak sekolah.

Kegiatan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) Blusukan ke Museum di Bogor (Foto: KPBMI).
Kegiatan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) Blusukan ke Museum di Bogor (Foto: KPBMI).

Padahal, menurut Dhanu Wibowo, dari Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI), meski pun tidak diwajibkan, masyarakat perlu mengunjungi museum.

“Segala macam hal ada di museum. Museum itu bukan hanya sebagai gudang koleksi benda-benda tua, tapi juga gudang ilmu pengetahuan," ujarnya.

Ia mengakui masih ada beberapa museum yang belum berkembang baik, hanya mengandalkan koleksi yang ada. Namun, banyak di antaranya sudah mengalami transformasi ke arah yang lebih baik, dan lebih dari sekadar menyimpan benda-benda tua.

Ini dibenarkan oleh Yiyok T Herlambang, ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Daerah DKI Jakarta dan mantan kepala museum Bank Indonesia. Meskipun tidak menyertakan data persisnya, ia yakin bahwa sekarang ini minat untuk mengunjungi museum naik. Ini antara lain karena pihak pengelola museum sendiri mau berubah.

“Kita sudah berubah. Kalau dulu sekadar memamerkan koleksi. Koleksi dulu tidak berbicara secara audio visual, sekarang sudah berubah. Beberapa museum besar sudah berubah, penataan pameran, ada IT (teknologi informasi)-nya, ada AI (kecerdasan buatan), VR (realitas virtual)," kata Yiyok.

Yiyok T. Herlambang, Ketua AMIDA daerah DKI (dok. pribadi).
Yiyok T. Herlambang, Ketua AMIDA daerah DKI (dok. pribadi).

Menurut Statistik Kebudayaan 2023, di Indonesia ada tercatat 450 museum. Supaya berkembang menjadi ideal, apa yang harus sebuah museum miliki?

Bagi Dhanu, itu adalah museum yang memuaskan panca indra pengunjung. Selain itu, ada sifat interaktif antara koleksi museum dan pengunjung agar pesan-pesan koleksi bisa dikomunikasikan kepada masyarakat.

“Ketika kita masuk ke dalam museum itu wangi, tidak bau, tidak pengap, tidak lembab. Museum harus nyaman untuk pengunjung itu sendiri," imbuhnya.

Menurut Jelita, yang juga bekerja sebagai marketing strategist, museum yang ideal sehingga diminati pengunjung adalah museum yang menerapkan teori marketing.

“Di teori marketing sudah sampai di 5.0, basically mengikuti kemauan customer. Museum, sama saja, harus lebih ke people oriented," papar Jelita.

Ia mencontohkan, minat pengunjung seusia sekolah sewaktu ke Museum Nasional tentu berbeda dengan minat mereka saat dewasa. Kalau museum tidak berinovasi seiring waktu, pengunjung tidak akan merasa mendapatkan informasi atau nilai baru yang mereka inginkan.

Jelita Permata, akademisi, marketing strategist & desainer komunikasi visual (dok. pribadi).
Jelita Permata, akademisi, marketing strategist & desainer komunikasi visual (dok. pribadi).

Sementara itu, mengacu pada Undang-Undang Museum Nomor 66 Tahun 2015, Yiyok mengatakan, ada enam variabel yang harus dimiliki sebuah museum.

“Ada visi misi, punya lokasi, bangunan, punya nama, SDM, dana dan koleksi," katanya.

Yiyok menjelaskan, selain itu, koleksi museum harus sarat kajian oleh kurator, dan meskipun kuno barangnya, tapi kekinian tampilannya. Ia menambahkan bahwa museum seharusnya tidak sekadar bicara masa lalu. Contoh terakhir itu dapat ditemukan pada Museum Bank Indonesia, salah satu museum favoritnya, yang menampilkan koleksi dari masa lalu, tetapi dapat membuat pengunjung belajar untuk masa depan.

Anna, yang mengaku belum mempunyai museum favorit di Indonesia, mengingatkan bahwa masyarakat tidak akan berminat ke museum yang tidak memiliki kelebihan untuk dikunjungi. Karena itu, ia menekankan tentang pentingnya pengelola melakukan inovasi terhadap museumnya sendiri, baik dalam tata pameran maupun program-programnya

“Apa lagi sekarang ini kan gen Alpha, gen Z, milenial lebih senang media komunikasi dengan internet dan segala macam kemajuan teknologi. Kalau di pihak museum, tata pamernya masih konvensionalnya, jadinya, ‘ah mengapa ke museum lagi?’” kata Anna.

Kegiatan KPBMI blusukan ke museum bersama perwakilan pelajar se-DKI (foto: dok. KPBMI)
Kegiatan KPBMI blusukan ke museum bersama perwakilan pelajar se-DKI (foto: dok. KPBMI)

Harapan tentang museum

Anna dan KPMI berharap semakin banyak pengunjung yang datang ke berbagai museum di Indonesia bukan hanya untuk berswafoto atau membuat konten, tetapi untuk menambah wawasan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam. Memajukan museum untuk jangka panjang, katanya,

“Supaya bangsa kita ini bisa lebih kokoh berdiri dengan kebudayaan kita. Jangan sampai kebudayaan kita tergerus dengan kemajuan teknologi atau invasi inovasi atau dari negara-negara lain yang sekarang sedang tren," kata Anna.

Museum Indonesia, Riwayatmu Kini
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:06:56 0:00

Senada dengan itu, Yiyok mengingatkan museum sebagai tempat menjaga agar jati diri bangsa tidak dilupakan.

“Kalau tidak ada museum, gampang untuk menghancurkan suatu negara, hancurkan saja museumnya," katanya.

Dhanu Wibowo, Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPMI). (Foto: dokumen pribadi)
Dhanu Wibowo, Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPMI). (Foto: dokumen pribadi)

Adapun Dhanu, ia menginginkan masyarakat tidak kapok ke museum.

“Segala macam ilmu pengetahuan ada di museum. Juga, museum adalah ruang publik. Teman-teman semua bisa ke museum untuk menyalurkan, menjalankan aktivitas, bersosialisasi, di dalam museum itu sendiri," kata Dhanu.

Jelita menambahkan bahwa museum adalah milik bersama.

“Tidak ada salahnya kalian memberi feedback pada orang-orang yang bekerja di museum, agar mereka bisa menjadikan museum yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan kita," ujarnya. [uh/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG