Sebuah perusahaan daur ulang di Rusia menyoroti masalah di negara itu dengan membuka museum yang memperlihatkan apa yang terjadi pada sampah buangan. Museum di St. Petersburg ini mengajak pengunjung melewati setiap tahap proses untuk mendorong mereka bertindak dengan lebih bertanggung jawab.
Siapa yang bakal mengira tempat mendaur ulang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung museum? Contohnya ada di St. Petersburg, yang baru saja membuka museum sampah di sana.
Banyak orang langsung mengenali wadah dengan warna berbeda-beda untuk memilah kumpulan sampah dan mempermudah daur ulang. Wadah-wadah itu pula yang menyambut kedatangan pengunjung museum.
Pameran di Museum PRO Sampah memberitahu pengunjung mengenai bagaimana sampah mereka itu diproses setelah dikumpulkan.
Setiap pengunjung akan mendapat pengalaman berbagai tahap siklus teknologi dalam penanganan sampah: mulai dari sampah itu masuk ke tempat pembuangan hingga transformasinya menjadi sebuah produk akhir.
Masih cukup banyak sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Direktur museum itu, German Khilchenko, meyakini, penting sekali membantu warga untuk tidak banyak membuat sampah.
"Orang masuk dan berjalan melalui eksibisi seperti melewati labirin, berjalan-jalan dan akhirnya keluar ke masa depan ramah lingkungan baru yang cerah, yang dapat dikaitkan dengan sampah sebagai sumber daur ulang. Ini karena dengan memasukkan sampah ke sirkulasi ekonomi, kita mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPA. Semakin sedikit sampah yang masuk TPA, semakin sedikit kerusakan yang disebabkan sampah terhadap lingkungan.”
Pada tahun 2014, Bank Dunia membuat laporan mengenai masalah sampah Rusia. Berjudul "Sampah di Rusia, Sampah atau Sumber Daya Berharga", laporan itu mengungkapkan, ”Setiap tahun, Rusia menghasilkan 55-60 juta ton sampah padat kota” dan ini diperkirakan akan bertambah seiring dengan meningkatnya taraf hidup.
Menurut laporan itu, baru 5-7 persen sampah yang didaur ulang, dengan lebih dari 90 persen sampah masuk ke TPA dan tempat-tempat pembuangan tidak resmi.
Museum ini memperlihatkan kepada pengunjung mengenai cara menyelesaikan masalah TPA dengan bantuan reklamasi. Kreator museum itu menawarkan versinya mengenai apa yang dapat dibangun di lokasi bekas TPA: resor ski atau lapangan golf. Museum itu didirikan oleh perusahaan swasta Synergy+ yang juga menerima konsultasi ekologi.
Khilchenko mengatakan, "Misi proyek kami secara keseluruhan adalah satu hal sederhana, sampah bukan sekadar sampah, tetapi sumber daya, bahan baku untuk membuat produk-produk berguna.”
Perusahaan ini ingin memopulerkan pendauran ulang dan pemilahan sampah, bukan hanya di kalangan individu, tetapi juga di pabrik dan perusahaan.
Pameran ini dibuka dengan menampilkan imitasi ruang pembakar yang mengingatkan tentang laba yang hilang. Dengan membakar sampah, orang-orang melemparkan sumber daya itu ke cerobong sementara mereka dapat menghasilkan uang dengan menghasilkan produk dari materi yang daur ulang.
Ruang-ruang berikutnya memperlihatkan pemilahan sampah dari sebuah pabrik dan memberitahu pengunjung produk-produk yang dapat dibuat dari sampah yang didaur ulang. Misalnya, mebel yang dibuat dengan pencetak 3D, kertas, barang-barang rumah tangga dan sebagainya.
Seorang pengunjung, Sergei Bochin mengatakan, “Saya merasa ini sangat baik, positif. Menurut pendapat saya, harus ada lebih banyak lagi museum seperti ini yang dibuka dan ini bahkan dapat dibuat di tingkat pemerintah, bukan hanya oleh sektor swasta atau investor swasta.”
Selain aula yang memamerkan teknologi pengelolaan sampah, juga ada pameran mengenai sejarah. Misalnya, gua sampah yang ditinggalkan seorang lelaki primitif.
Di Uni Soviet, orang sadar bersikap mengenai sampah. Poster-poster Soviet menyerukan warga agar mengumpulkan dan menyerahkan sampah kertas untuk didaur ulang, mendesak mereka untuk ke toko dengan tas ransel dan bukannya tas plastik sekali pakai. Warga juga diminta untuk menyerahkan stoples dan botol beling untuk didaur ulang.
Svetlana Krasova, pengunjung museum itu, mengemukakan, "Pada awalnya, ketika kita serasa berada di era Uni Soviet, ini seperti mengingatkan pada masa kanak-kanak. Dan kita menyadari betapa pada masa lalu kita sangat peduli pada planet kita. Tetapi sekarang, sayangnya, semua ini terlupakan dan ketika kita datang ke museum di mana TPA berada, ini terasa semakin menyedihkan. Dan tentu saja, kita mulai bertanya-tanya kontribusi apa yang dapat kita berikan untuk lingkungan.”
Museum tiga lantai ini sebenarnya adalah dua lusin peti kemas yang dapat dibongkar dan dipindahkan ke lokasi lain. Untuk sementara ini, museum tersebut berlokasi di Kudrovo di dekat St. Petersburg dan dibuka setiap hari. [uh/ab]