Tautan-tautan Akses

Musim Dingin Bawa Kekhawatiran dan Kesedihan di Gaza


Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp tenda yang menampung orang-orang terlantar, setelah serangan Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di daerah Al-Mawasi, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 18 Desember 2024. (Hatem Khaled/REUTERS)
Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp tenda yang menampung orang-orang terlantar, setelah serangan Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di daerah Al-Mawasi, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 18 Desember 2024. (Hatem Khaled/REUTERS)

Sementara perundingan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza dilanjutkan, kedatangan musim dingin mengakibatkan semakin besar kesulitan yang dihadapi dua juta warga Palestina yang tinggal di teritori itu.

Sebagaimana warga Palestina lainnya di Gaza, keluarga Abu Maryam tinggal di sebuah kemah di al-Mawasi, sebuah zona aman di Gaza selatan.

Etimad, suaminya Aref dan dua anak mereka yang menjelang dewasa melarikan diri dari rumah mereka di Gaza utara dan lima kali mengungsi sejak awal perang antara Israel dan Hamas tahun lalu. Mereka khawatir bagaimana harus melewati musim dingin kali ini.

“Bayangan musim dingin datang dan akan hujan mengerikan dan menyedihkan. Karena kami tinggal di kemah plastik, dan tidak tahan hujan,” jelas Etimad.

Etimad mengatakan tidak mungkin mempertahankan kebersihan higienis mendasar ketika harus tinggal dalam kemah. “Tidak ada kebersihan. Sepanjang hari saya mencoba mengatur barang-barang dan membersihkan, tetapi saya merasa tidak ada hasilnya. Serangga dan tikus berkeliaran disini. Mereka menggigiti pakaian, kasur dan kantong berisi biji-bijian.”

Suami Etimad, Aref, mengatakan hujan biasanya disambut gembira oleh warga Gaza, khususnya yang bertani. Tetapi sekarang, hujan itu seperti sebuah kutukan. “Dulu kami berdoa untuk diberi hujan. Itu sesuatu yang kami berterima kasih kepada Allah. Tetapi kini kami berdoa agar tidak hujan, karena kami tinggal di bawah selembar plastik. Semuanya menyudutkan kami. Malahan lahan pertanian yang kami gunakan untuk pertanian kini menjadi tempat berkemah,” jelasnya.

Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp yang menampung para pengungsi, setelah serangan Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di daerah Al-Mawasi, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 18 Desember 2024. (Hatem Khaled/REUTERS)
Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp yang menampung para pengungsi, setelah serangan Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di daerah Al-Mawasi, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 18 Desember 2024. (Hatem Khaled/REUTERS)

Musim dingin datang ketika krisis kemanusiaan Gaza semakin memburuk.
Sistem medis tidak berfungsi dan UNRWA, badan PBB yang membantu warga Palestina, mengatakan makanan tidak cukup untuk penduduk yang berjumlah lebih dari 2 juta jiwa, khususnya di Gaza utara.

Phillipe Lazzarini, komisioner UNRWA, mengatakan, “Kini ada risiko nyata ketika memasuki musim dingin. Sistem kekebalan penduduk sangat lemah. Kita memasuki situasi di mana kelaparan atau malnutrisi kemungkinan terjadi lagi. Dan ini sebenarnya bisa dihindarkan.”

Israel baru-baru ini memutuskan hubungan dengan UNRWA. Kata Israel beberapa karyawan UNRWA ikut ambil bagian dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel, sebuah klaim yang dibantah oleh UNRWA.

Abdullah Halabi, kepala bantuan kemanusiaan dari IDF atau pasukan pertahanan Israel, mengatakan, “Hari ini tersedia lebih dari 800 truk yang menunggu masyarakat internasional untuk mengantarkan bantuan dari sini ke orang-orang di Gaza.”

Namun bagi keluarga Abu Maryam, siapa yang bertanggung jawab atas kurangnya bantuan tidak perlu dipertikaikan, karena mereka menghadapi kenyataan harus menghadapi musim dingin yang basah di dalam kemah, dan tidak tahu kapan mereka bisa pulang. [jm/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG