Para mahasiswa dan dosen dari Institut Musik Nasional Afghanistan hari Senin (13/12) tiba bersama keluarga mereka di Portugal, setelah mendapatkan suaka dari pemerintah negara tersebut. Mereka berharap untuk membangun kembali lembaga mereka yang pernah terkenal di Afghanistan.
Rombongan yang terdiri atas 273 orang, termasuk sekitar 150 mahasiswa itu, terbang ke Lisbon, ibu kota Portugal, dari Doha, Qatar. Mereka berangkat dari Afghanistan dalam lima penerbangan ke Doha selama enam minggu pada bulan Oktober dan November.
“Kedatangan komunitas (lembaga) hari ini berarti bahwa langkah pertama dan terpenting dalam menyelamatkan nyawa dan menjamin kebebasan sekarang telah tercapai,” kata pendiri dan direktur institut tersebut, Dr. Ahmad Sarmast.
Berbagai negara, perusahaan, dan donor pribadi menyumbangkan biaya evakuasi dan pemukiman bagi kelompok tersebut.
“Mulai sekarang, para musisi Institut ini akan menjadi simbol keberanian dan tekad, tidak hanya bagi seniman Afghanistan, tetapi juga bagi rakyat Afghanistan, dalam perjuangan mereka melawan penindasan dan tirani Taliban,” kata Sarmast.
Para musisi itu adalah kelompok di antara puluhan ribu warga Afghanistan, termasuk banyak dari komunitas olahraga dan seni negara itu, yang telah melarikan diri sejak Taliban merebut Afghanistan pada Agustus lalu, ketika Amerika Serikat dan NATO mengakhiri eksistensi militer mereka di negara tersebut yang telah berlangsung selama 20 tahun.
Tim sepak bola remaja putri Afghanistan juga telah terbang ke Portugal, sebuah negara berpenduduk 10,3 juta yang telah menampung 764 orang Afghanistan sejak musim panas lalu.
Menurut rencana, mereka akan mendirikan kembali lembaga pendidikan musik di Portugal, yang memungkinkan para mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan mereka. Lembaga itu akan menjadi bagian dari pusat budaya Afghanistan yang lebih luas di Lisbon yang akan menyambut para warga Afghanistan yang melarikan diri dari negaranya. [lt/rs]