Muslim di Bangladesh menikmati suasana Ramadan yang lebih normal setelah menghadapi berbagai restriksi terkait pandemi yang membatasi berbagai kegiatan selama dua tahun ini. Pasar-pasar kembali sibuk, orang-orang dapat bepergian menengok keluarga dan sahabat, dan masjid-masjid kembali dapat menyelenggarakan jamuan berbuka puasa atau iftar dengan hadirin dalam jumlah besar.
Kawasan perbelanjaan Pasar Baru dipenuhi pembeli. Warga Bangladesh di negara berpenduduk mayoritas Muslim ini sibuk berbelanja hadiah dan sepatu untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Ini perbedaan nyata daripada suasana dua tahun belakangan, sewaktu pandemi virus corona membuat pemandangan seperti itu terhenti.
Tetapi setelah jumlah kasus harian dan kematian baru terus turun, pemerintah Bangladesh mencabut berbagai restriksi. Mengenakan masker masih diwajibkan di ruang publik tetapi peraturan itu lebih banyak diabaikan di berbagai penjuru Bangladesh.
Perhatian kini beralih pada persiapan merayakan Lebaran.
Warga Dhaka, Husneara Begum, mengatakan,"Sungguh, saya senang sekali. Saya tidak dapat menikmati Idul Fitri selama dua tahun terakhir. Kali ini saya akan merayakannya sesuai keinginan saya. Saya akan bertemu kerabat dan mengunjungi rumah mereka. Beberapa ada yang berkunjung ke rumah mereka di desa, dan ada juga yang tetap tinggal di Dhaka. Ini membuat saya gembira.”
Sementara orang-orang mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan yang lebih sibuk daripada biasanya, banyak yang mengatakan kenaikan harga semakin memprihatinkan, terutama bagi pembelanja yang anggarannya terbatas.
Inflasi tinggi menyusul lonjakan harga BBM dan bahan makanan, menimbulkan situasi yang sedikit lebih sulit sepanjang Ramadan.
Bisnis juga bersikap hati-hati. Mereka berharap meraup kembali sebagian laba yang hilang akibat penutupan selama pandemi, tetapi jalan masih panjang untuk itu.
Pemilik toko L-Mohammad, Mohammed Nazibul Islam, mengatakan,"Harga produk dinaikkan untuk mengatasi sejumlah masalah ekonomi. Ini terjadi karena masa dua tahun belakangan. Produksi berhenti tetapi pengeluaran kami tidak. Gaji staf, tagihan listrik toko, tidak berhenti. Kami harus membayarnya meskipun toko-toko tutup. Kami harus menutupnya dengan uang kami sendiri. Kita sedang dalam masa pemulihan. Bukan hanya saya, tetapi semua pengusaha menghadapi masalah serupa. Syukurlah, ini berjalan lancar. Tetapi kami tidak dapat pulih sepenuhnya kali ini. Perlu waktu.”
Sahara Sabnom, seorang eksekutif teknologi informasi, mengatakan dua tahun ini merupakan masa yang sulit baginya. Tetapi sewaktu ia bersiap untuk berbagi aneka buah dan makanan lezat lainnya, ia merasa lebih optimistis akan masa depan.
"Semua orang takut akan virus corona selama dua tahun terakhir. Kami juga takut. Saya bekerja di rumah sakit dan anak saya masih kecil. Kami hidup dalam ketakutan. Saya kehilangan pekerjaan. Tetapi dengan izin Allah, situasi negara membaik. Kasus virus corona telah berkurang. Saya mendapat pekerjaan baru. Insyaa Allah, kami akan merayakan Idul Fitri dengan gembira. Saya akan berbelanja untuk semua. Saya tidak dapat mudik ke kampung saya selama dua Idul Fitri terakhir dan rindu merayakannya bersama orang tua saya. Kali ini saya berharap dapat pulang kam
Di Dhaka, pasar-pasar kaget untuk berbuka puasa ramai dikunjungi. Aneka buah dan makanan disiapkan untuk dibagikan begitu azan berkumandang.
Setiap hari selama Ramadan, ribuan Muslim berkumpul di masjid nasional Dhaka untuk salat, memohon rahmat, berkah dan ampunan. Setelah salat, makanan juga disajikan di masjid bagi mereka yang tidak mampu membeli makanan berbuka.Ini adalah kembalinya kegiatan rutin Ramadan yang disambut gembira.
Sekretaris Komite Masjid Baitul Mokarram Mizanur Rahman Manik, mengemukakan,"Karena peraturan pemerintah selama pandemi dalam dua tahun terakhir ini, kami tidak dapat menyelenggarakan iftar. Tahun ini, peraturan telah dilonggarkan, kami dapat kembali memulai ini.” [uh/ab]