Muslim di berbagai penjuru India merayakan Idulfitri, Selasa (3/5), dengan melakukan salat berjemaah di luar masjid. Perayaan tahun ini berlangsung dalam suasana prihatin menyusul serangkaian serangan baru-baru ini terhadap komunitas Muslim selama bulan Ramadan.
“Kami tidak memiliki kemeriahan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya,'' kata Mohammad Habeeb ur Rehman, seorang insinyur sipil di ibu kota keuangan India, Mumbai. ''Ini adalah Idulfitri yang paling menyakitkan dengan kenangan terburuk bagi Muslim India,'' tambahnya.
Sentimen dan serangan anti-Muslim melonjak di berbagai penjuru India bulan lalu. Berbagai bentrokan kekerasan antara kelompok Hindu dan kelompok Muslim terjadi, termasuk penghancuran sejumlah properti oleh pihak berwenang.
Komunitas Muslim, yang merupakan 14% dari 1,4 miliar penduduk India, kerap terpojok oleh berbagai fitnah yang disebarkan oleh kelompok-kelompok nasionalis Hindu garis keras yang telah lama mendukung sikap anti-Muslim.
Beberapa pemimpin partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata yang berkuasa diam-diam mendukung kekerasan tersebut, sementara Perdana Menteri Narendra Modi sejauh ini bungkam tentang hal itu.
Seperti di banyak negara lain. Idulfitri di India biasanya ditandai dengan sholat berjemaah, pesta jamuan makan dan pakaian baru. Namun, perayaan pada dua tahun terakhir terhalang oleh pembatasan COVID-19, dan perayaan pada tahun ini terganggu karena sentimen anti-Muslim.
Di Kashmir yang dikuasai India, perayaan Idulfitri selama tiga tahun terakhir ditiadakan sama sekali karena lockdown militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, menyusul keputusan pemerintah India mencabut status semiotonomi kawasan itu pada 2019, dan kemudian pandemi. Wilayah itu juga mengalami peningkatan kekerasan selama Ramadan tahun ini , dengan sedikitnya 20 gerilyawan, dua warga sipil dan lima polisi dan tentara tewas. [ab/uh]