Kulsoom Abdullah adalah seorang atlet angkat besi yang begitu mencintai olahraga ini. Tapi hingga tahun lalu, walaupun telah berkompetisi selama bertahun-tahun, ia belum pernah mencapai kompetisi tingkat nasional di Amerika Serikat ini.
Pasalnya, pakaian yang ia kenakan selalu menutupi kepala, tangan dan kakinya. Sementara Federasi Angkat Besi Internasional mensyaratkan peserta untuk mengenakan kaos tak berlengan dan celana pendek ketat agar juri dapat melihat jelas teknik yang digunakan.
"Persyaratan itu begitu mempengaruhi mental saya," tutur Abdullah. "Saat berkompetisi angkat besi, kita tentu berusaha mencapai tahapan selanjutnya. Kita harus punya keinginan kuat dan percaya diri. Saya kecewa sekali, tapi saya tetap harus melakukan yang terbaik."
Ketika Kulsoom memasuki tahapan kualifikasi kompetisi Amerika Terbuka tahun lalu, ia tak memperoleh izin bertanding, lagi-lagi karena kostumnya. Ia lalu menghubungi menghubungi Lembaga Nasional Olahraga Angkat Besi, USA Weightlifting, untuk mencari solusi.
"Saya menulis surat, menyatakan situasi saya, tentang bagaimana saya terlibat dalam angkat besi dan keinginan untuk mendiskusikan kostum saya, agar tidak mengambil keuntungan dibanding peserta lain, namun tetap bisa menutupi bagian tubuh. Namun mereka menolak permintaan saya untuk melakukan modifikasi karena mereka diatur oleh Federasi Angkat Besi Internasional," ujar Abdullah.
Tapi upayanya tidak berhenti di sana. Ia lalu menghubungi Majelis Hubungan Amerika-Islam (CAIR), yang lalu melakukan pendekatan dengan Komite Olimpiade Amerika Serikat agar mereka bisa mewakili Abdullah dalam pertemuan Federasi Angkat Besi Internasional di Malaysia.
"Segera setelah mereka mengumumkannya, reporter mulai menghubungi mereka dan saya. Saya merasa ‘Wow, ini kejutan besar!’ Saat membaca beritanya di internet, saya sempat berpikir dua kali. Tapi saya putuskan terus berusaha," kata Abdullah.
Dan, itulah yang terus ia lakukan, berusaha. Ia mempersiapkan sebuah presentasi yang sangat rinci bagi pertemuan tersebut. Presentasi tersebut berisi persyaratan agamanya dan bagaimana persyaratan tersebut dapat dipertemukan dengan persyaratan angkat besi tanpa berkompromi ataupun memanfaatkan situasi tersebut untuk berbuat curang.
Hanya dua hari sesudanya, Federasi mengubah aturan mereka. "Aturan baru yang ditetapkan oleh Federasi mengizinkan atlet untuk mengenakan kostum yang menutupi seluruh tubuh, dan disebut unitard. Kostum ini bisa menutupi bagian siku dan lutut yang sebelumnya tidak diizinkan karena teknik akan terlihat di bagian tersebut saat peserta mengangkat besi," ujar John Duff dari USA Weightlifting.
Hooper dari CAIR yang berhadapan dengan kasus seperti ini setiap hari, menilai keputusan ini tak hanya berlaku untuk angkat besi. "Kita sering mendengar bahwa perempuan Islam perlu didukung dan kita menyetujuinya, dan mendukung mereka menjadi atlet angkat besi adalah cara yang sangat baik. Saya rasa ada pesan tersirat kepada perempuan Islam dan perempuan di seluruh dunia bahwa perempuan bisa berpartisipasi dalam apapun, termasuk dalam olahraga, namun tetap menjaga prinsip agama Islamnya," jelasnya.
Pada kejuaraan nasional pertamanya, mimpi Abdullah menjadi kenyataan. Meskipun mengaku tegang, ia senang dapat mencapai posisi kelima dari enam kompetitor dalam kelas 48 kilogram.
"Saya sangat lega ketika sudah berakhir namun saya semangat sekali sekaran ‘Keren, saya sudah punya pengalaman itu’" ujarnya.
Kompetitor lainnya, Suzanne Sanches, yang memenangkan juara kedua, mendukung peraturan baru oleh Federasi. "Menurut saya ini peraturan baru ini akan mendukung kompetisi secara internasional. Saya rasa hanya ada 80 negara yang memiliki tim angkat besi perempuan. Di antaranya, hanya ada satu tim khusus Muslim, yaitu Mesir," katanya.
Kulsoom Abdullah mungkin tidak akan meraih medali Olimpiade. Tapi, bagi perempuan Amerika berdarah Pakistan ini, kebanggaannya terletak pada keberhasilan mewariskan perubahan bagi masa depan atlet angkat besi Muslim perempuan.