Para pemimpin Asia Tenggara dijadwalkan berkumpul di Ibu Kota Kamboja, Kamis (10/11). Mereka menghadapi tantangan dalam upaya mengurangi kekerasan yang meningkat di Myanmar sementara pemerintah negara itu, yang dipimpin militer, tidak menunjukkan tanda-tanda mematuhi rencana perdamaian kelompok tersebut.
Presiden AS Joe Biden akan hadir pada KTT ASEAN di Phnom Penh. KTT tersebut berlangsung sementara Washington dan Beijing semakin berebut pengaruh di kawasan Asia Pasifik. Pertemuan ini merupakan persiapan bagi KTT G-20 di Bali yang berlangsung setelahnya dan diperkirakan akan mencakup Presiden China Xi Jinping dan kemungkinan Presiden Rusia Vladimir Putin, disusul dengan forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bangkok.
Selain Myanmar, pertemuan empat hari itu diperkirakan akan berfokus pada sengketa yang terus berlangsung di Laut China Selatan, isu-isu pemulihan pandemi, perdagangan regional dan perubahan iklim.
Xi maupun Putin diperkirakan tidak hadir dalam pembicaraan ASEAN atau KTT Asia Timur yang berlangsung paralel, meskipun China dan Rusia diperkirakan akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi yang dipimpin PM Li Keqiang dan kemungkinan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Isu besar yang membayangi ASEAN, G-20 dan APEC adalah invasi Rusia terhadap Ukraina, pencarian pasar baru untuk sumber daya energi Rusia serta isu-isu rantai pasokan dan ketahanan pangan yang diakibatkannya, ancaman kekuatan militer China yang kian agresif terhadap Taiwan, dan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Dengan menghadiri KTT ASEAN, Biden akan dapat mendesakkan kepentingan Amerika dan secara nyata menunjukkan komitmen baru Washington terhadap kawasan itu, kata Thomas Daniel, pakar di Institute of Strategic and International Studies di Malaysia.
Mantan Presiden AS Donald Trump melewatkan berbagai KTT itu setelah 2017 dan meninggalkan pertemuan tahun 2017 lebih cepat, sebelum sidang pleno KTT Asia Timur, sebuah dialog strategis regional yang penting. Ia meninggalkan Menteri Luar Negeri ketika itu, Rex Tillerson untuk menggantikannya.
“Bagi Asia Tenggara, penting sekali untuk hadir secara fisik, dan saya pikir Amerika sangat menyadari ini,” kata Daniel. “Saya tidak dapat menekankan besarnya kerusakan yang dilakukan pemerintahan Trump dengan ketidakhadirannya – dan ini bukan hanya tidak hadir, pemerintah mengirimkan perwakilan yang lebih jauh dianggap merendahkan.”
ASEAN tahun ini mengangkat AS ke status “kemitraan strategis komprehensif” – suatu peningkatan hubungan yang lebih bersifat simbolis tetapi membuat Washington berada pada level yang sama dengan China, yang mendapat status itu tahun lalu.
Menjelang KTT, Daniel Kritenbrink, asisten menteri luar negeri AS urusan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan, pembicaraan itu akan menjadi kesempatan untuk merencanakan “berbagai prioritas diplomatik yang luas di seluruh kawasan” dan untuk berfokus pada “pelaksanaan semua yang telah kami janjikan, bukannya membawa daftar panjang prakarsa baru lainnya.” [uh/ab]
Forum