Myanmar tidak akan hadir dalam pertemuan menteri-menteri luar negeri ASEAN pekan ini di Kamboja, menolak undangan untuk mengirim seorang wakil nonpolitiknya dan bukan menteri luar negerinya, kata pemerintah Myanmar pada Senin (14/2).
Kamboja, ketua ASEAN sekarang ini, awal Februari menyatakan bahwa para anggota kelompok regional itu telah gagal mencapai konsensus mengenai undangan untuk Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin ke pertemuannya pada hari Kamis dan Jumat di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
Wunna Maung Lwin adalah menteri luar negeri yang ditunjuk setelah militer merebut kekuasaan di Myanmar tahun lalu, yang menyingkirkan pemerintah terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi.
Keputusan untuk membatasi keikutsertaan Myanmar itu mencerminkan perbedaan pendapat mengenai kurangnya kerja sama Myanmar dalam menerapkan langkah-langkah yang telah disepakati kelompok beranggotakan 10 negara itu tahun lalu untuk membantu meredakan krisis politik di negara itu setelah pengambilalihan kekuasaan oleh militer.
Kepala pemerintahan militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, tidak diundang ke pertemuan virtual pemimpin ASEAN Oktober lalu karena perselisihan pendapat. Keputusan ini dikeluarkan tidak lama setelah Myanmar menolak mengizinkan seorang utusan khusus ASEAN bertemu dengan Suu Kyi, yang berada dalam tahanan sejak militer mengambil alih kekuasaan.
“Terlepas dari upaya yang dilakukan ketua ASEAN dan Myanmar untuk mendorong kerja sama di ASEAN, patut disesalkan melihat kembalinya keputusan yang dibuat tahun lalu di mana Myanmar secara prinsip tidak dapat menerimanya,” kata Kementerian Luar Negeri Myanmar dalam pernyataan Senin malam. “Berkaitan dengan hal ini, ketidakmampuan Myanmar untuk berpartisipasi atau bahkan menetapkan perwakilan nonpolitik … tidak dapat dihindari karena ini bertentangan dengan prinsip dan praktik keterwakilan yang setara di ASEAN.”
ASEAN dipimpin oleh Brunei sewaktu organisasi itu menolak kehadiran Min Aung Hlaing, tetapi di bawah sistem rotasi tahunannya, Kamboja kini memimpin organisasi itu. PM Kamboja Hun Sen telah menyatakan bahwa ia yakin penting sekali bagi Myanmar untuk menghadiri pertemuan KTT mendatang.
Hun Sen melawat ke Myanmar pada bulan Januari, menjadi pemimpin asing pertama yang berkunjung sejak pengambilalihan oleh militer. Ia telah berulang kali menyatakan minatnya untuk menyelesaikan kebuntuan antara ASEAN dan Myanmar. [uh/ab]