Lembaga Pemasyarakatan Luther Luckett, sedikit di luar kota Louisville, negara bagian Kentucky, adalah rumah bagi lebih dari 1.000 narapidana dan satu perusahaan teater yang berbeda dari biasanya. Di tempat itu, narapidana membentuk kelompok drama Shakespeare Behind Bars atau Shakespeare Dibalik Jeruji. Selama 16 tahun ini, mereka telah mementaskan drama karya pujangga Inggris Shakespeare, seperti "Hamlet", "Macbeth" dan "Julius Casear." Pementasan itu mereka persembahkan bagi narapidana maupun masyarakat umum. Kini mereka sedang berlatih untuk pementasan lain, “Romeo and Juliet."
Kalau Anda hendak mementaskan Romeo and Juliet di dalam penjara, tantangan pertama Anda adalah mencari orang yang tepat untuk memerankan karakter tertentu.
Hal Cobb adalah anggota pendiri kelompok drama Shakespeare Behind Bars. Ia sedang menjalani hukuman seumur hidup karena pembunuhan. Secara terus terang, ia juga mengaku sebagai homoseksual.
James Prichard, narapidana bernomor 166200, diminta untuk berperan sebagai Romeo karena ia punya pengalaman hidup seperti Romeo. Ia menuturkan, "Saya pernah jatuh cinta. Saya pernah gagal bercinta.Saya sudah banyak makan asam garam kehidupan. Ada banyak hal yang dialami Romeo, sudah saya lalui dalam kehidupan nyata. "
Lalu bagaimana dengan Juliet, karakter perempuan paling ikonik dalam seluruh karya sastra? Siapa yang akan memerankannya?
Derald Weeks diminta untuk memerankan Juliet. Ia juga narapidana yang sedang menjalani hukuman seumur hidup karena pembunuhan. Ketika muda, Weeks mengungkapkan, ia bergabung dalam kelompok warga kulit putih yang rasis karena ia marah dan ingin mengintimidasi orang-orang di sekitarnya.
Weeks menyadari kesalahannya. Kesadaran itu mengarahkannya untuk bergabung dengan kelompok Shakespeare Behind Bars. Kini ia mengaku tertarik pada karakter Juliet karena karakter pribadinya bertentangan dengan karakter Juliet.
"Saya sudah mendekam dalam penjara sejak masih kecil. Jadi, ada banyak perasaan yang terungkap dalam drama tersebut yang tidak pernah saya rasakan. Ini kesempatan saya untuk mencoba merasakannya dan mencari tahu apa seperti apa perasaan itu," paparnya.
Ron Brown, narapidana berkulit hitam, berperan sebagai orang kepercayaan Juliet, Friar Lawrence.
Matt Wallace adalah direktur artistik Shakespeare Behind Bars. Ia sehari-hari memang bergelut dalam bidang teater, bukan narapidana. Dialah yang memilih judul dan mengarahkan pementasan. Menurutnya, sementara perusahaan teater berusaha menciptakan pengalaman bagi penonton, Shakespeare Behind Bars memberi pengalaman tersendiri bagi para aktor.
"Dengan menggunakan teks, dengan merasakan langsung sikap karakter-karakter, mereka menjadi lebih berempati, lebih bertanggung jawab, menjadi manusia yang lebih baik dan pada akhirnya, akan menjadi tetangga yang lebih baik," ujarnya.
Menurut Departemen Kehakiman Amerika, sekitar 95 persen narapidana dalam penjara-penjara negara bagian suatu hari kelak akan bebas.
Jadi, anggota Shakespeare Behind Bars tidak hanya berlatih untuk pementasan mereka selanjutnya, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelah kelak mereka tidak lagi mendekam dibalik jeruji besi.
Kalau Anda hendak mementaskan Romeo and Juliet di dalam penjara, tantangan pertama Anda adalah mencari orang yang tepat untuk memerankan karakter tertentu.
Hal Cobb adalah anggota pendiri kelompok drama Shakespeare Behind Bars. Ia sedang menjalani hukuman seumur hidup karena pembunuhan. Secara terus terang, ia juga mengaku sebagai homoseksual.
James Prichard, narapidana bernomor 166200, diminta untuk berperan sebagai Romeo karena ia punya pengalaman hidup seperti Romeo. Ia menuturkan, "Saya pernah jatuh cinta. Saya pernah gagal bercinta.Saya sudah banyak makan asam garam kehidupan. Ada banyak hal yang dialami Romeo, sudah saya lalui dalam kehidupan nyata. "
Lalu bagaimana dengan Juliet, karakter perempuan paling ikonik dalam seluruh karya sastra? Siapa yang akan memerankannya?
Derald Weeks diminta untuk memerankan Juliet. Ia juga narapidana yang sedang menjalani hukuman seumur hidup karena pembunuhan. Ketika muda, Weeks mengungkapkan, ia bergabung dalam kelompok warga kulit putih yang rasis karena ia marah dan ingin mengintimidasi orang-orang di sekitarnya.
Weeks menyadari kesalahannya. Kesadaran itu mengarahkannya untuk bergabung dengan kelompok Shakespeare Behind Bars. Kini ia mengaku tertarik pada karakter Juliet karena karakter pribadinya bertentangan dengan karakter Juliet.
"Saya sudah mendekam dalam penjara sejak masih kecil. Jadi, ada banyak perasaan yang terungkap dalam drama tersebut yang tidak pernah saya rasakan. Ini kesempatan saya untuk mencoba merasakannya dan mencari tahu apa seperti apa perasaan itu," paparnya.
Ron Brown, narapidana berkulit hitam, berperan sebagai orang kepercayaan Juliet, Friar Lawrence.
Matt Wallace adalah direktur artistik Shakespeare Behind Bars. Ia sehari-hari memang bergelut dalam bidang teater, bukan narapidana. Dialah yang memilih judul dan mengarahkan pementasan. Menurutnya, sementara perusahaan teater berusaha menciptakan pengalaman bagi penonton, Shakespeare Behind Bars memberi pengalaman tersendiri bagi para aktor.
"Dengan menggunakan teks, dengan merasakan langsung sikap karakter-karakter, mereka menjadi lebih berempati, lebih bertanggung jawab, menjadi manusia yang lebih baik dan pada akhirnya, akan menjadi tetangga yang lebih baik," ujarnya.
Menurut Departemen Kehakiman Amerika, sekitar 95 persen narapidana dalam penjara-penjara negara bagian suatu hari kelak akan bebas.
Jadi, anggota Shakespeare Behind Bars tidak hanya berlatih untuk pementasan mereka selanjutnya, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelah kelak mereka tidak lagi mendekam dibalik jeruji besi.