Perubahan iklim dan kerja sama di antara negara-negara di kawasan Kutub Utara termasuk di antara topik pembahasan hari Kamis (20/5) di Reykjavik, Islandia, sewaktu Dewan Arktik mengadakan pertemuan tingkat menteri.
“Kami menghargai kerja sama internasional melalui Dewan untuk mengatasi krisis iklim dan membuat kawasan Arktik tetap damai,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjelang pertemuan hari Kamis.
Sebelumnya pekan ini, Blinken mendesak komunitas global untuk menghindari militerisasi di Kutub Utara, dan mengatakan Rusia telah mengajukan “klaim-klaim maritim yang tidak sah” di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pekan ini bahwa negara-negara Barat tidak boleh mengklaim hak atas Kutub Utara, dan bahwa Rusia bertanggung jawab untuk memastikan wilayah pesisirnya di sana aman.
Sengketa di kawasan Kutub Utara itu terkait dengan apa yang disebut Jalur Laut Utara, suatu jalur pelayaran yang melalui pantai utara Rusia di Arktik. Rusia menganggap Jalur Laut Utara vital bagi kepentingan ekonomi dan militernya dan mengharuskan kapal-kapal asing meminta izin dari Moskow untuk melaluinya. AS telah mengesampingkan klaim yurisdiksi Rusia atas beberapa bagian jalur itu yang disebutnya tidak sah.
Rusia mengambil alih kepemimpinan Dewan Arktik, dan telah menetapkan sasaran untuk menyoroti pembangunan ekonomi berkelanjutan dan memajukan bahasa serta budaya penduduk asli.
Di sela-sela pertemuan Dewan Arktik, fokus besar pada hari Rabu adalah pada pertemuan antara Blinken dan Lavrov.
Blinken mengatakan AS siap bekerja sama dengan Rusia untuk memajukan bidang-bidang di mana kedua negara memiliki “kepentingan yang bersilangan,” sambil terus membela kepentingan AS dan menanggapi jika Moskow bertindak agresif terhadap Washington dan sekutu-sekutunya.
“Ada banyak bidang di mana kepentingan kita bersilangan dan tumpang tindih, dan kami yakin bahwa kita dapat bekerja bersama dan benar-benar mengembangkan kepentingan-kepentingan tersebut – apakah itu menghadapi COVID-19 dan pandemi, mengatasi perubahan iklim, menangani program nuklir” di Iran dan Korea Utara, serta proses perdamaian di Afghanistan, kata Blinken hari Rabu.
“Sikap kami jelas. Kami siap membahas semua isu di meja perundingan dengan pemahaman bahwa diskusi kita akan berlangsung jujur, faktual dan dengan saling menghormati,” kata Lavrov seraya menambahkan bahwa ia siap membahas “misi diplomatik Rusia di AS dan misi AS di Rusia.”
Ini adalah pertemuan tatap muka pertama bagi mereka dan berlangsung pada waktu ketegangan meningkat antara kedua negara. Pertemuan ini juga akan menjadi landasan bagi pertemuan puncak yang direncanakan bulan depan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pertemuan antara Blinken dan Lavrov berlangsung sekitar satu jam dan 45 menit, lebih lama daripada yang diperkirakan semula. [uh/ab]