Politisi Partai Republik Kevin McCarthy mengatakan pembicaraan mengenai peningkatan plafon utang Amerika Serikat (AS) dilanjutkan kembali pada Jumat (19/5) malam setelah sempat dihentikan selama beberapa jam oleh negosiator Partai Republik dan perwakilan Presiden Joe Biden.
Jeda negosiasi untuk menaikkan plafon utang dari saat ini sebesar $31,4 triliun atau sekitar Rp 469 kuadriliun itu sempat mengguncang pasar-pasar keuangan mengingat tenggat makin dekat.
“Kami akan kembali ke ruangan malam ini,” kata McCarthy, yang juga Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS dalam wawancara dengan Fox Business yang dikutip oleh Reuters. Seorang pejabat Gedung Putih juga mengonfirmasi bahwa pembicaraan dilanjutkan kembali.
Para perwakilan Biden dan McCarthy terlihat memasuki ruang konferensi Gedung Capitol tak lama setelah McCarthy berbicara. Mereka tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari wartawan.
Pemerintah AS hanya punya waktu kurang dari dua minggu hingga 1 Juni karena Departemen Keuangan AS sudah memperingatkan pemerintah mungkin tidak bisa membayar seluruh tagihan pada awal bulan depan. Hal itu bisa memicu gagal bayar yang akan mengguncang perekonomian dunia.
Politisi Partai Republik mendesak pemangkasan pengeluaran secara besar-besaran sebagai imbalan kenaikan plafon pinjaman pemerintah. Plafon pinjaman secara berkala dinaikkan untuk menutup biaya-biaya pengeluaran dan pemotongan pajak yang sebelumnya disetujui oleh DPR AS.
“Kami harus mendorong agar pihak Gedung Putih bergerak dan kami belum melihat pergerakan,” kata McCarthy kepada para wartawan saat jeda negosiasi. “Kita tidak bisa membelanjakan lebih banyak uang tahun depan. Kita harus membelanjakan lebih sedikit dari tahun sebelumnya.”
Masih alot
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan “Ada perbedaan antara kedua belah pihak mengenai masalah-masalah anggaran dan pembicaraan akan alot. Tim President bekerja keras untuk mencapai solusi bipartisan yang masuk akal yang bisa diloloskan oleh DPR dan Senat.”
Bursa saham AS menutup perdagangan pekan ini melemah setelah berita tentang kebuntuan pembicaraan plafon utang.
Partai Republik menguasai DPR AS dengan jumlah kursi 222-213, sedangkan Partai Demokrat, yang mengusung Biden, menguasai mayoritas Senat dengan 51-49. Komposisi kursi di Senat dan DPR makin memperumit upaya meloloskan plafon utan dengan jumlah suara yang cukup.
Para politisi Partai Demokrat mendesak untuk mempertahankan anggaran belanja pada level tahun ini, sedangkan Partai Republik ingin anggaran diturunkan pada level 2022. Rencana anggaran yang disetujui oleh DPR pada bulan lalu akan memotong anggaran pemerintah sebesar 8 persen tahun depan.
Rencana anggaran itu tidak memperinci pos-pos belanja apa saja yang akan dipangkas. Namun, sejumlah politisi Partai Republik mengatakan program-program militer dan veteran tidak akan terkena pemangkasan.
Para politisi Demokrat mengatakan rencana pemangkasan itu akan memaksa pemangkasan terhadap 22 persen program-program dalam negeri, seperti pendidikan dan penegakan hukum. Para politisi papan atas Partai Republik tidak menampik angka pemangkasan itu.
Gedung Putih masih optimistis
Kedua belah pihak menyepakati pembicaraan dua arah. Gedung Putih diwakili oleh Shalanda Young, direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, dan penasihat senior, Steve Ricchetti. Partai Republik diwakili oleh legislator Garret Graves.
“Itu (jeda negosiasi) bisa saja hanya sandiwara,” kata Quincy Krosby, kepala strategis global LPL Financial, dalam wawancara dengan Reuters saat jeda negosiasi berlangsung.
“Bisa juga untuk makin menekan kaukus Demokrat dan mengambil keuntungan dari absennya Biden yang saat ini sedang di luar negeri. Namun tajuk berita seperti ini pada Jumat sore jelas tidak positif.”
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan masih memungkinkan untuk mencapai kesepakatan. [ft/pp]
Forum