Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi pasukannya di Gaza selatan pada Kamis (18/7) di kala tank-tanknya terus melaju ke Kota Rafah, Gaza selatan. Kunjungan itu dilakukan menjelang pidato Netanyahu di hadapan Kongres AS, di Washington DC, pekan depan.
Kunjungan mendadak itu dilakukan setelah Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengunjungi situs suci yang diperebutkan di Yerusalem pada hari yang sama.
Kantor perdana menteri Israel mengumumkan kunjungan Netanyahu ke Gaza selatan setelah ia meninggalkan wilayah itu. Ia kemudian merilis sebuah pernyataan yang berbunyi, “Hanya tekanan militer yang membantu kita bisa mencapai kesepakatan (pembebasan) sandera.”
Sebelumnya, parlemen Israel, yang disebut Knesset, menyetujui resolusi yang menentang pembentukan negara Palestina tanpa perlawanan berarti.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, mengatakan tidak seharusnya politisi Israel memperuncing perselisihan menyusul kunjungan Ben Gvir ke Masjid Al-Aqsa.
“Bagaimana pun, kami akan terus mendesak rekan-rekan kami di Israel untuk tidak melakukan apa pun yang semakin mengobarkan hasrat atau mendorong tindak kekerasan,” kata Kirby.
Pertempuran berlanjut pada hari Kamis (18/7), di mana 21 orang tewas akibat serangan bom Israel ke kamp-kamp pengungsi dan serangan ke Kota Gaza.
Serangan udara Israel telah menewaskan 16 orang di kamp Zawayda, Bureij dan Nuseirat, serta di Kota Deir al-Balah, yang baru kali itu diinvasi pasukan Israel, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Militer Israel mengatakan, serangan udaranya menewaskan dua komandan Jihad Islam, termasuk seorang komandan yang terlibat dalam serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Tenaga kesehatan Palestina menyebut lima orang tewas akibat dua serangan tersebut.
Komite Palang Merah Internasional mengatakan pada Kamis bahwa pertempuran di Gaza selatan membuat seluruh fasilitas kesehatan di wilayah itu kewalahan, termasuk rumah sakit Palang Merah berkapasitas 60 tempat tidur pasien, untuk dapat menangani pasien dengan luka yang fatal.
“Kejadian berikutnya yang menimbulkan korban dalam jumlah besar akan memaksa para dokter dan perawat kami untuk mengambil keputusan yang sulit,” kata William Schomburg, kepala delegasi Palang Merah Internasional Gaza, dalam sebuah pernyataan. “Kebutuhan medis warga sipil saat ini jauh melebihi ketersediaan pasokan dan respons layanan kesehatan yang terbatas, karena rumah sakit berulang kali terpaksa ditutup.”
Serangan darat dan udara Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 38.700 orang, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Hampir tiga perempat dari 2,3 juta penduduk Gaza kini mengungsi, dan hampir seluruh penduduk berisiko mengalami kelaparan, menurut PBB. [rd/uh]
Sebagian informasi dalam laporan ini berasal dari AFP dan Reuters.
Forum