Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Minggu (2/11) bertekad akan mempertahankan aturan beribadah yang sudah sejak lama ada di Masjid Al Aqsa – Jerusalem, dengan mengatakan warga Muslim dapat terus beribadah di masjid itu.
Netanyahu menyerukan ketenangan dan sikap menahan diri menghadapi memuncaknya ketegangan di lokasi itu yang telah memicu bentrokan hampir tiap hari antara demonstran Palestina dan polisi Israel.
Warga Yahudi menilai lokasi itu sebagai tempat paling suci bagi mereka karena masjid itu berdiri sejak jaman dahulu kala, sementara warga warga Muslim menjadikan tempat itu sebagai tempat tersuci ketiga – setelah Mekkah dan Madinah di Arab Saudi.
Dalam rapat kabinet mingguannya, Netanyahu mengatakan lokasi itu terbuka bagi semua orang dengan agama apapun, pesan yang menurutnya juga telah disampaikan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Mahmoud Abbas mengatakan seruan pemimpin Israel tentang status quo lokasi itu merupakan “langkah menuju arah yang tepat”.
Nasib masjid yang terletak di puncak bukit di Jerusalem Timur itu merupakan bagian dari perselisihan sejak lama antara Israel – yang mencaplok wilayah itu tahun 1967 – dan Palestina – yang ingin agar daerah itu menjadi bagian ibukota negara Palestina di masa depan.
Baik warga Yahudi maupun Muslim diijinkan berkunjung ke Masjid Al Aqsa tetapi hanya warga Muslim yang diijinkan beribadah di sana.
Aktivis-aktivis Yahudi sedang mendorong perubahan aturan supaya mereka juga diijinkan beribadah di lokasi itu.
Aksi kekerasan antara pasukan keamanan Israel dan Palestina pecah pekan lalu setelah polisi Israel menewaskan seorang penembak Palestina yang melukai seorang rabi ultra-konservatif. Sebelumnya rabi itu menghadiri konferensi yang menjamin hak warga Yahudi untuk beribadah di Masjid Al Aqsa.
Sementara itu, Israel telah menutup dua pintu perbatasan di Gaza. Militer Israel mengatakan mereka memutuskan menutup Kerem Shalon dan Erez hari Minggu setelah insiden penembakan roket dari wilayah Palestina hari Jum’at lalu, meskipun tidak menimbulkan kerusakan atau korban cedera. Namun Israel mengatakan bantuan kemanusiaan akan tetap diijinkan lewat Erez.
Israel mengatakan insiden roket itu merupakan serangan kedua sejak berakhirnya perang selama 50 hari yang dilancarkan Israel terhadap militan Hamas di Gaza pada bulan Juli dan Agustus.