Badan Pengawasan Makanan dan Obat AS (FDA) menargetkan untuk memberi persetujuan penuh bagi vaksin COVID-19 buatan Pfizer pada awal September, kata harian The New York Times.
Vaksin dua dosis yang dikembangkan Pfizer bersama dengan perusahaan farmasi Jerman BioNTech itu diberi izin penggunaan darurat oleh FDA pada November lalu. Ini adalah satu dari tiga vaksin COVID-19 yang ada dalam persediaan vaksin AS, selain vaksin dua dosis buatan Moderna dan vaksin dosis tunggal buatan Johnson & Johnson.
Menurut surat kabar itu, FDA mempercepat jadwal normalnya untuk memberi persetujuan penuh terhadap vaksin Pfizer karena AS mengalami lonjakan baru kasus virus corona dan rawat inap yang terutama disebabkan oleh varian Delta COVID-19 yang sangat mudah menular.
Lonjakan kasus baru belakangan ini terjadi terutama di kalangan orang-orang yang belum divaksinasi. The Times mengutip jajak pendapat organisasi riset layanan kesehatan Kaiser Family Foundation baru-baru ini yang mendapati bahwa tiga dari setiap 10 orang yang tidak divaksinasi di AS menyatakan mereka kemungkinan besar akan menerima vaksin yang telah disetujui penuh. Lonjakan ini telah mendorong semakin banyak entitas publik dan swasta untuk mengeluarkan ketentuan wajib vaksinasi bagi semua karyawannya, termasuk perintah pekan lalu yang dikeluarkan Presiden AS Joe Biden bagi semua pegawai pemerintah federal.
Pfizer mengajukan permohonan otorisasi penuh vaksin COVID-19-nya pada 7 Mei, sementara Moderna mengajukannya pada 1 Juni. Johnson & Johnson menyatakan berencana mengajukan permohonan otorisasi penuh pada akhir tahun ini.
Di Australia, pihak berwenang di negara bagian New South Wales, Rabu (4/8), mengumumkan 233 kasus baru terkukuhkan COVID-19 di ibu kotanya, Sydney, yang menjadi pusat lonjakan kasus baru di Australia belakangan ini. Mereka juga melaporkan dua kematian lagi, mencakup seorang perempuan berusia 80-an yang meninggal pada Selasa (3/8), dan seorang lelaki usia 20-an yang meninggal di rumahnya di Sydney, menjadikannya salah seorang termuda di Australia yang meninggal karena penyakit ini. Lelaki yang tidak divaksinasi ini sedang melakukan isolasi di rumahnya selama 13 hari sewaktu kondisinya mendadak memburuk.
PM New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan kematian lelaki itu menunjukkan “kembali betapa penyakit ini mematikan, betapa ini berdampak terhadap orang dari semua usia.”
Wabah belakangan ini dilacak bersumber dari seorang supir limusin di bandara Sydney yang dites positif mengidap varian Delta setelah mengangkut para awak penerbangan internasional pada akhir Juni. Sedikitnya 16 orang meninggal dalam lonjakan terbaru ini. Kota berpenduduk 5 juta orang ini masih berada di bawah lockdown ketat hingga 28 Agustus.
Australia secara umum berhasil menghentikan penyebaran COVID-19 melalui upaya-upaya lockdown yang agresif, dengan mencatat hanya 35.089 kasus terkukuhkan dan 927 kematian, menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center. Tetapi negara ini ternyata rentan terhadap perebakan baru karena lambannya peluncuran gerakan vaksinasinya, dengan hanya 15 persen warganya yang telah divaksinasi penuh.
Pihak berwenang di China telah mengumumkan bahwa seluruh 11 juta warga Wuhan akan menjalani tes wajib sementara varian Delta menyebar ke berbagai penjuru negara itu, dengan kasus terkukuhkan di lebih dari 35 kota. Kota di China Tengah itu, di mana virus corona baru pertama kali dideteksi pada akhir 2019 sebelum menyebar ke seluruh dunia, melaporkan tiga kasus baru pada Senin (2/8).
AS memimpin dalam jumlah kematian akibat COVID-19 dengan catatan 614.295, disusul oleh Brazil dengan 558.432 dan India dengan 425.757. [uh/ab]