Sejak harga emas melambung naik beberapa tahun lalu, penduduk Negara bagian Zamfara di Nigeria utara menggali tambang-tambang buatan sendiri di dan sekitar desa-desa mereka.
Sani Bila, kepala asosiasi penambang lokal, jongkok di atas tumpukan bebatuan selagi para lelaki menyekopi lubang-lubang dangkal di dekat situ. Ia memungut dua batu: satu mengandung bijih emas dan yang satunya tidak. Batu emas itu jauh lebih berat.
Bila mengatakan, penambangan emas di kawasan itu membludak dalam tahun-tahun terakhir ini.
Ia mengatakan, mereka dulu menjual emas dengan harga kurang dari 10 dolar per gram, tetapi sekarang mereka bisa memperoleh sekitar 30 dolar. Akibatnya, semakin banyak orang menambang emas, dan semakin sedikit yang hidup dengan satu atau dua dolar sehari, yang dulunya merupakan pendapatan rata-rata di sana.
Para pejabat mengatakan, lonjakan penambangan gelap ini juga mengakibatkan apa yang disebut para aktivis perebakan keracunan timbal terburuk dalam sejarah, karena ribuan anak mengalami keracunan parah. Emas di Zamfara terdapat di bebatuan yang ketika dipecahkan menghasilkan debu timbal yang menempel pada pakaian dan badan penambang.
Pada konferensi di ibukota, Abuja, Menteri Kesehatan Negara bagian, Muhammad Ali Pate, mengatakan, untuk mencegah keracunan timbal pada masa mendatang, pemerintah harus menghentikan penambangan-penambangan kecil gelap.
“Orang melakukan penambangan gelap dan membawa serta memroses hasilnya di rumah. Karena kurang hati-hati, akibatnya meracuni lingkungan dengan timbal yang mengenai anak-anak mereka,” ujarnya.
Tidak seorang pun mempermasalahkan bahwa penambangan itu secara teknis gelap, dengan memberlakukan larangan-larangan, dan bahwa para penambang tidak punya izin melakukan penambangan.
Namun, penambangan masih terus berlangsung. Para pejabat secara terang-terangan menunda pemberlakukan larangan, dan kepala organisasi Doctors Without Borders di Nigeria, Ivan Gayton, mengatakan, kebanyakan penambang bahkan tidak tahu mereka harus punya izin untuk menambang.
Perusahaan-perusahaan internasional sudah mengamati masalah penambangan emas itu, dan para pemimpin penambangan khawatir tanpa surat izin, para penambang lokal itu bisa didepak. Tetapi, mereka mengatakan, jika bisa mengorganisir, mereka mungkin bisa secara kolektif membeli lagi izin untuk menambang sebagian mineral itu sebelum terlambat.
Sementara itu, Gayton mengatakan ancaman kehilangan bisnis telah membuat krisis kesehatan di Zamfara memburuk.
Para penambang sering tidak membeli peralatan yang aman, ujarnya, karena mereka tahu tambang-tambang mereka bisa ditutup kapan saja. Para orang tua juga takut melaporkan masalah keracunan timbal, karena jika larangan itu diberlakukan, perekonomian lokal akan terkena dampaknya, mengakibatkan anak-anak mereka tidak mendapat cukup pangan dan layanan kesehatan.
Sani Bila, kepala asosiasi penambang lokal, jongkok di atas tumpukan bebatuan selagi para lelaki menyekopi lubang-lubang dangkal di dekat situ. Ia memungut dua batu: satu mengandung bijih emas dan yang satunya tidak. Batu emas itu jauh lebih berat.
Bila mengatakan, penambangan emas di kawasan itu membludak dalam tahun-tahun terakhir ini.
Ia mengatakan, mereka dulu menjual emas dengan harga kurang dari 10 dolar per gram, tetapi sekarang mereka bisa memperoleh sekitar 30 dolar. Akibatnya, semakin banyak orang menambang emas, dan semakin sedikit yang hidup dengan satu atau dua dolar sehari, yang dulunya merupakan pendapatan rata-rata di sana.
Para pejabat mengatakan, lonjakan penambangan gelap ini juga mengakibatkan apa yang disebut para aktivis perebakan keracunan timbal terburuk dalam sejarah, karena ribuan anak mengalami keracunan parah. Emas di Zamfara terdapat di bebatuan yang ketika dipecahkan menghasilkan debu timbal yang menempel pada pakaian dan badan penambang.
Pada konferensi di ibukota, Abuja, Menteri Kesehatan Negara bagian, Muhammad Ali Pate, mengatakan, untuk mencegah keracunan timbal pada masa mendatang, pemerintah harus menghentikan penambangan-penambangan kecil gelap.
“Orang melakukan penambangan gelap dan membawa serta memroses hasilnya di rumah. Karena kurang hati-hati, akibatnya meracuni lingkungan dengan timbal yang mengenai anak-anak mereka,” ujarnya.
Tidak seorang pun mempermasalahkan bahwa penambangan itu secara teknis gelap, dengan memberlakukan larangan-larangan, dan bahwa para penambang tidak punya izin melakukan penambangan.
Namun, penambangan masih terus berlangsung. Para pejabat secara terang-terangan menunda pemberlakukan larangan, dan kepala organisasi Doctors Without Borders di Nigeria, Ivan Gayton, mengatakan, kebanyakan penambang bahkan tidak tahu mereka harus punya izin untuk menambang.
Perusahaan-perusahaan internasional sudah mengamati masalah penambangan emas itu, dan para pemimpin penambangan khawatir tanpa surat izin, para penambang lokal itu bisa didepak. Tetapi, mereka mengatakan, jika bisa mengorganisir, mereka mungkin bisa secara kolektif membeli lagi izin untuk menambang sebagian mineral itu sebelum terlambat.
Sementara itu, Gayton mengatakan ancaman kehilangan bisnis telah membuat krisis kesehatan di Zamfara memburuk.
Para penambang sering tidak membeli peralatan yang aman, ujarnya, karena mereka tahu tambang-tambang mereka bisa ditutup kapan saja. Para orang tua juga takut melaporkan masalah keracunan timbal, karena jika larangan itu diberlakukan, perekonomian lokal akan terkena dampaknya, mengakibatkan anak-anak mereka tidak mendapat cukup pangan dan layanan kesehatan.