Nigeria sudah melatih 167.000 polisi untuk mengamankan pemilu tahun depan dan Presiden Goodluck Jonathan diperkirakan akan kembali ikut bersaing, menurut seorang pejabat.
Guna menjamin pemilu adil dan damai, para pihak berwenang Nigeria telah dilatih mengenai “berbagai aspek pengamanan pemilu,” kata juru bicara polisi Nigeria Frank Mba kepada kantor berita AFP. Ia mengatakan Nigeria berencana melatih antara 350.000 hingga 370.000 polisi menjelang pemilu tersebut.
Nigeria punya sejarah panjang melangsungkan pemilu yang kacau sejak merdeka dari Inggris pada 1960. Pada 1993, militer di bawah Jendral Ibrahim Babangida menganulir hasil pemilihan presiden – yang diyakini sebagai pemilu paling adil dan bebas disana – dan mengakibatkan krisis politik berdarah di negara itu.
Pada 2011, sengketa mengenai terpilihnya kembali Presiden Jonathan memicu kekerasan sektarian yang menewaskan ratusan orang. Tetapi Mba mengungkapkan keyakinan polisi kali ini akan lebih siap mencegah kekacauan.
Nigeria – negara dengan penduduk dan ekonomi terbesar di Afrika – akan melangsungkan pemilu Februari 2015 untuk memilih presiden dan parlemen baru.
Pemilu itu dibayangi pemberontakan militan Islam Boko Haram yang telah berlangsung lima tahun. Militan itu telah menewaskan ribuan orang dan menculik ratusan orang, termasuk lebih dari 200 siswi sekolah yang memicu kecaman internasional.
Pada Sabtu (21/6), sekelompok orang bersenjata menyerang sebuah desa di Nigeria baratlaut, membakar rumah-rumah dan menewaskan sejumlah warga.
Serangan Sabtu (21/6) itu terjadi sekitar 9 kilometer dari kota Chibok, tempat militan Boko Haram menculik lebih dari 270 siswi April lalu.
Hampir 60 diantara para siswi itu berhasil melarikan diri, tetapi para pejabat Nigeria mengatakan masih ada 219 lainnya yang masih hilang.
Penculikan di Chibok itu dan berbagai serangan lainnya menegaskan ketidakmampuan Nigeria mengatasi kelompok militan itu, yang berambisi mendirikan negara Islam radikal di kawasan utara Nigeria yang mayoritas Muslim.
Guna menjamin pemilu adil dan damai, para pihak berwenang Nigeria telah dilatih mengenai “berbagai aspek pengamanan pemilu,” kata juru bicara polisi Nigeria Frank Mba kepada kantor berita AFP. Ia mengatakan Nigeria berencana melatih antara 350.000 hingga 370.000 polisi menjelang pemilu tersebut.
Nigeria punya sejarah panjang melangsungkan pemilu yang kacau sejak merdeka dari Inggris pada 1960. Pada 1993, militer di bawah Jendral Ibrahim Babangida menganulir hasil pemilihan presiden – yang diyakini sebagai pemilu paling adil dan bebas disana – dan mengakibatkan krisis politik berdarah di negara itu.
Pada 2011, sengketa mengenai terpilihnya kembali Presiden Jonathan memicu kekerasan sektarian yang menewaskan ratusan orang. Tetapi Mba mengungkapkan keyakinan polisi kali ini akan lebih siap mencegah kekacauan.
Nigeria – negara dengan penduduk dan ekonomi terbesar di Afrika – akan melangsungkan pemilu Februari 2015 untuk memilih presiden dan parlemen baru.
Pemilu itu dibayangi pemberontakan militan Islam Boko Haram yang telah berlangsung lima tahun. Militan itu telah menewaskan ribuan orang dan menculik ratusan orang, termasuk lebih dari 200 siswi sekolah yang memicu kecaman internasional.
Pada Sabtu (21/6), sekelompok orang bersenjata menyerang sebuah desa di Nigeria baratlaut, membakar rumah-rumah dan menewaskan sejumlah warga.
Serangan Sabtu (21/6) itu terjadi sekitar 9 kilometer dari kota Chibok, tempat militan Boko Haram menculik lebih dari 270 siswi April lalu.
Hampir 60 diantara para siswi itu berhasil melarikan diri, tetapi para pejabat Nigeria mengatakan masih ada 219 lainnya yang masih hilang.
Penculikan di Chibok itu dan berbagai serangan lainnya menegaskan ketidakmampuan Nigeria mengatasi kelompok militan itu, yang berambisi mendirikan negara Islam radikal di kawasan utara Nigeria yang mayoritas Muslim.