Abdullahi Musa, seorang insinyur Nigeria berusia 33 tahun, belakangan ini tidak tidur di rumah yang sama. Musa sering pindah-pindah di lingkungan yang berbeda di seluruh ibukota Nigeria, Abuja, kota kelahirannya dimana ia dibesarkan. Musa semakin khawatir mengenai keamanannya.
"Tidak ada yang aman di negara ini," kata Musa kepada VOA.
"Tidak ada yang berani mengatakan aman di Nigeria, kecuali kalau (Anda) berasal dari kelompok minoritas yang memimpin negara dan yang mempromosikan kekerasan ini."
Musa menuduh pemerintah menindas kelompok Syiah terbesar di Nigeria yang disebut Gerakan Islam Nigeria, atau IMN, di mana Musa menjadi anggotanya.
Pekan lalu di Pengadilan Tinggi Federal di Abuja, pemerintah menuduh pemimpin IMN yang berusia 66 tahun yang ditahan, Sheikh Ibrahim El-Zakzaky, berkolusi dengan Iran untuk merencanakan revolusi dan mengubah negara itu secara paksa menjadi Negara Islam Syiah.
IMN dalam beberapa tahun terakhir menarik perhatian media internasional karena anggota IMN terus menuntut pembebasan El-Zakzaky dan istrinya, Zeenat. Pemerintah Iran juga menyerukan pembebasan mereka.
El-Zakzaky dan istrinya berada dalam tahanan pemerintah di bawah pemerintahan Presiden Muhammadu Buhari sejak penangkapan mereka menyusul serangan Desember 2015 oleh pasukan keamanan Nigeria di markas IMN di kota utara Zaria, Nigeria.
IMN mengatakan lebih dari 1.000 anggotanya tewas. Sebuah laporan komisi pemerintah mengatakan korban tewas mencapai 348 orang yang dimakamkan di kuburan massal.(my/pp)