Orang-orang muda harus berjuang demi dunia yang bebas nuklir, karena senjata semacam itu kini berkali lipat lebih kuat ketimbang pada masa sebelumnya, kata perwakilan peraih Nobel Perdamaian tahun ini, kelompok penyintas bom atom Nihon Hidankyo, Selasa (10/12).
Nihon Hidankyo, gerakan akar rumput beranggotakan para penyintas bom nuklir tahun 1945 terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, berkampanye bagi dunia yang bebas senjata nuklir dengan menggunakan testimoni para saksi.
Penyintas bom atom Jepang kini berjumlah 85, kata Terumi Tanaka, ketua bersama kelompok itu, sewaktu menerima hadiah Nobel pada upacara yang diselenggarakan di Balai Kota Oslo dan dihadiri Raja Norwegia Harald, Ratu Sonja dan para tamu penting lainnya.
“Siapa pun dari Anda bisa menjadi korban atau pelaku, kapan saja,” kata Tanaka, 92, kepada hadirin.
“Sepuluh tahun dari sekarang, mungkin hanya ada segelintir dari kita yang dapat memberikan testimoni sebagai penyintas langsung. Mulai sekarang, saya berharap generasi berikutnya akan menemukan cara untuk membangun upaya-upaya kita dan mengembangkan gerakan ini lebih jauh.”
Kelompoknya “tidak diragukan lagi” telah memainkan peran utama dalam menciptakan standar global bahwa penggunaan senjata atom, atau ‘tabu nuklir’, tidak dapat diterima sama sekali, ujarnya. Tetapi standar itu sedang dilemahkan, lanjutnya.
“Selain korban sipil, saya sangat sedih dan marah karena ‘tabu nuklir’ berisiko dilanggar,” katanya.
Ancaman untuk menggunakan senjata nuklir telah dilontarkan dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan Gaza, kata Tanaka. Ia memperingatkan bahwa 4.000 hulu ledak nuklir siap diluncurkan segera di seluruh dunia.
Nihon Hidankyo juga diwakili dalam upacara itu oleh dua ketua bersama lainnya, Shigemitsu Tanaka (84), dan Toshiyuki Mimaki (82).
Diperkirakan 210 ribu orang tewas, baik secara langsung maupun seiring waktu, sebagai akibat bom-bom yang dijatuhkan pada tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki masing-masing pada 6 dan 9 Agustus. Senjata nuklir sekarang ini jauh lebih kuat daripada yang digunakan ketika itu.
Tanaka berusia 13 tahun ketika Nagasaki dibom. Meskipun ia selamat dari ledakan itu hampir-hampir tanpa cedera di rumahnya, sekitar 3 kilometer dari pusat ledakan, ia kehilangan lima anggota keluarga dan mengenang kejadian yang mengerikan itu.
“Kematian yang saya saksikan ketika itu hampir tidak dapat digambarkan sebagai kematian yang manusiawi. Ada ratusan orang menderita dalam kesakitan, tidak dapat memperoleh perawatan medis apa pun,” kata Tanaka kepada hadirin.
“Saya sangat yakin bahwa bahkan dalam perang pun, pembunuhan dan mutilasi semacam itu tidak boleh dibiarkan terjadi.” [uh/jm]
Forum