Bagi seorang presiden yang dulu berjanji untuk mengakhiri perang Amerika di Afghanistan dan Irak semasa kampanyenya, mengumumkan bahwa Amerika akan mempertahankan keberadaan 5.500 tentara di Afghanistan setelah akhir tahun 2016 merupakan sesuatu yang sulit bagi Presiden AS Barack Obama.
"Saya tidak mendukung gagasan perang tak berkesudahan, dan saya berulang kali menyatakan bahwa memasuki konflik militer tanpa akhir yang jelas tidak memenuhi kepentingan keamanan mendasar kita," ujar Obama.
Berdiri di samping Wakil Presiden Joe Biden dan Menteri Pertahanan Ash Carter, Obama hari Kamis (15/10) mengatakan, 9.800 tentara akan tetap ditempatkan di Afghanistan hampir selama tahun depan.
Bukannya mengurangi kehadiran militer hingga menjadi sekitar 1.000 tentara di Kabul setelah 2016 seperti direncanakan semula, presiden mengatakan Amerika akan mempertahankan 5.500 tentara di pangkalan-pangkalan seperti di Bagram dan Kandahar.
Perlambatan laju penarikan pasukan ini berlangsung hanya beberapa pekan setelah militan Taliban menguasai Kunduz di Afghanistan utara sebelum akhirnya direbut kembali oleh pasukan Afghanistan dukungan AS dalam beberapa hari terakhir. Obama, Kamis, mengakui bahwa pasukan Afghanistan tidak sekuat yang seharusnya untuk bisa mengatasi persoalan keamanan di negeri mereka.
"Tekanan dari Pakistan mengakibatkan lebih banyak militan al-Qaida berdatangan ke Afghanistan, dan kita mulai menyaksikan kehadiran ISIS di sana. Intinya, di wilayah-wilayah penting di negara itu, situasi keamanan masih rapuh, dan di beberapa wilayah lain ada risiko akan memburuk," kata Obama.
Presiden menegaskan bahwa misi non-tempur Amerika tidak akan berubah -- personel militer Amerika akan terus melatih dan menasihati pasukan Afghanistan sementara menjalankan operasi-operasi kontraterorisme.
Michael Kugelman dari lembaga think tank Woodrow Wilson Center mengatakan, bahkan dalam kapasitas itu pun, keberadaan pasukan Amerika yang berlanjut akan memberi dorongan psikologis bagi pasukan Afghanistan yang terkepung.
Ia mengatakan, "Tingkat desersi selalu sangat tinggi di kalangan pasukan keamanan Afghanistan, khususnya setelah Taliban sempat sebentar menguasai Kunduz.Jika pasukan Afghanistan tahu bahwa militer Amerika tidak akan meninggalkan mereka, tidak pada 2016, tidak pada 2017, saya kira ini merupakan dorongan psikologis yang besar."
Dalam pidato hari Kamis, Obama juga menegaskan bahwa Amerika tidak akan meninggalkan Afghanistan, bahkan ketika ia harus melupakan tekadnya sebelum mengakhiri jabatan untuk mengakhiri keberadaan militer Amerika di negara itu. [ab/lt]