Dalam acara penghormatan bagi korban bom atom yang jatuh di Hiroshima tujuh dekade lalu, Presiden AS Barack Obama mengatakan dunia memiliki tanggung jawab bersama untuk mencegah penderitaan di kota Jepang itu terjadi lagi.
"Kita berdiri di sini di tengah-tengah kota ini dan memaksa diri untuk membayangkan saat bom itu jatub," kata Obama, Jumat (27/5) di Memorial Peace Park Hiroshima.
"Kita memaksa diri untuk merasakan ketakutan anak-anak yang bingung dengan apa yang mereka lihat. Kita mendengarkan jeritan hati. Kita mengingat semua orang tak berdosa yang tewas akibat perang mengerikan itu dan perang yang terjadi sebelumnya dan perang yang menyusul."
Presiden Obama dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membuat sejarah hanya dengan berjalan bersama melalui tugu peringatan itu.
Sebuah pesawat tempur Amerika menjatuhkan bom atom pertama di dunia di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, pada hari-hari terakhir Perang Dunia II, menewaskan puluhan ribu dan membuat satu generasi menderita penyakit akibat radiasi.
Obama adalah presiden Amerika yang sedang menjabat pertama yang mengunjungi kota itu.
"Kami datang untuk berkabung," kata pemimpin AS itu setelah ia dan Abe masing-masing meletakkan karangan bunga di Monumen Perdamaian.
"Kita memiliki tanggung jawab bersama untuk melihat sejarah sejujurnya. Kita harus bertanya apa yang berbeda yang harus kita lakukan agar penderitaan seperti ini tidak terjadi lagi," kata Obama. "Kita harus membayangkan kembali hubungan kita satu sama lain sebagai sesama umat manusia."
Obama juga menyerukan kebangkitan moral dalam hal senjata nuklir.
"Dunia berubah selamanya di sini. Tapi sekarang anak-anak kota ini akan menjalani hari mereka dalam damai. Betapa berharganya itu. Perlu dilindungi dan kemudian diperluas ke setiap anak. Itulah masa depan yang bisa kita pilih. Masa depan di mana Hiroshima dan Nagasaki dikenal bukan sebagai akhir perang atom, tapi sebagai awal kebangkitan moral kita sendiri, "katanya.
Kedua pemimpin berdiri berdampingan di depan Memorial Cenotaph, bangunan melengkung, simbol kubur yang kosong. Kata-kata "Rest in peace, for the error shall not be repeated" terukir di tugu itu.
Taman perdamaian Jepang itu tidak mendefinisikan "kesalahan" yang dipertanyakan, apakah itu mengacu pada pemboman AS atau agresi Jepang dan perang sebelumnya - pertanyaan yang masih dijawab secara berbeda di setiap negara.
Tetapi saat kedua pemimpin itu meletakkan karangan bunga di makam kosong tersebut, mereka menegaskan niat untuk penyembuhan, bukan gugatan tentang masa lalu, dan untuk mengeluarkan peringatan keras menentang penggunaan senjata nuklir pada masa depan. [as/uh]