WASHINGTON —
Presiden Amerika Barack Obama memuji Presiden Burma Thein Sein atas kepemimpinannya dalam melangsungkan reformasi politik, sambil mengingatkan bahwa kekerasan etnik dan komunal yang menyasar kelompok Muslim di negara itu harus dihentikan.
Obama mengatakan itu Senin (20/5) di Gedung Putih didampingi Thein Sein, mantan jenderal yang pada 2011 menjadi presiden setelah pemilihan umum demokratis yang pertama di Burma dalam lebih dari lima dekade.
Pemimpin Amerika itu memuji sejawatnya karena memanfaatkan waktunya semasa menjabat presiden untuk mengurangi ketegangan dengan Washington, dan mengatakan bahwa Thein Sein telah melangsungkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengakhiri puluhan tahun konflik antara etnik yang menghalangi persatuan rakyat Burma. Ia mengatakan, Presiden Burma itu telah membuat rencana pembebasan lebih banyak tahanan politik yang dipenjarakan semasa pemerintahan militer yang berlangsung puluhan tahun.
Presiden Thien Sein mengatakan ia berterima kasih atas undangan Gedung putih dan mengakui bahwa negaranya masih menghadapi tantangan-tantangan penting dalam usaha menjalankan lebih banyak reformasi demokrasi. Ia menyebut langkah untuk maju itu tugas yang tidak mudah, yang dipersulit oleh kemiskinan yang meluas di negaranya.
Para aktivis memrotes kunjungan Thein Sein ini karena konflik sipil yang saat ini berlangsung di Burma. Di luar Gedung Putih, para demonstran membawa spanduk-spanduk yang menuntut pengakhiran kekerasan etnik yang menarget Muslim di Burma.
Obama mengatakan itu Senin (20/5) di Gedung Putih didampingi Thein Sein, mantan jenderal yang pada 2011 menjadi presiden setelah pemilihan umum demokratis yang pertama di Burma dalam lebih dari lima dekade.
Pemimpin Amerika itu memuji sejawatnya karena memanfaatkan waktunya semasa menjabat presiden untuk mengurangi ketegangan dengan Washington, dan mengatakan bahwa Thein Sein telah melangsungkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengakhiri puluhan tahun konflik antara etnik yang menghalangi persatuan rakyat Burma. Ia mengatakan, Presiden Burma itu telah membuat rencana pembebasan lebih banyak tahanan politik yang dipenjarakan semasa pemerintahan militer yang berlangsung puluhan tahun.
Presiden Thien Sein mengatakan ia berterima kasih atas undangan Gedung putih dan mengakui bahwa negaranya masih menghadapi tantangan-tantangan penting dalam usaha menjalankan lebih banyak reformasi demokrasi. Ia menyebut langkah untuk maju itu tugas yang tidak mudah, yang dipersulit oleh kemiskinan yang meluas di negaranya.
Para aktivis memrotes kunjungan Thein Sein ini karena konflik sipil yang saat ini berlangsung di Burma. Di luar Gedung Putih, para demonstran membawa spanduk-spanduk yang menuntut pengakhiran kekerasan etnik yang menarget Muslim di Burma.