Varian baru COVID-19, Omicron, kini terdeteksi di 72 negara. Meskipun belum masuk ke Indonesia, pemerintah mengimbau agar seluruh masyarakat menahan diri untuk tidak bepergian ke luar negeri apabila tidak ada kepentingan yang mendesak.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak berpergian ke luar negeri apabila tidak ada kepentingan yang sangat mendesak. Hal ini dikarenakan varian baru COVID-19, Omicron sudah menyebar setidaknya ke-72 negara.
“Maka kita imbau, tidak usah dulu liburan ke luar negeri supaya jangan bawa penyakit ke dalam negeri. Ini masih banyak tempat-tempat liburan di Republik ini yang bisa kita kunjungi, dan itu sudah kami minta hotel-hotel semua pada dibukain, perjalananan coba kita bangun, dan saya mohon media, untuk mensosialisasikan ke masyarakat,” ungkap Luhut usai Rapat Terbatas dengan Presiden Jokowi, di Jakarta, Senin (13/12).
Ia juga mengingatkan masyarakat yang baru pulang dari luar negeri untuk mematuhi aturan karantina selama 10 hari. Pemerintah akan memastikan, tidak ada lagi oknum-oknum yang bisa lolos dari aturan karantina. Menurutnya, jika ada yang mencoba melarikan diri, maka pihaknya akan langsung memasukkannya ke tempat karantina terpusat.
“Kita menghitung risiko dengan data yang ada. Jadi kita tidak mau mengorbankan apa yang sudah kita lakukan. Semuanya lelah, pengorbanan besar beberapa bulan ini jangan sampai rusak hanya karena kita tidak disiplin,” tutur Luhut.
Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan bahwa varian Omicron belum terdeteksi di Indonesia. Selain itu, sampai saat ini situasi pandemi di Indonesia masih diklaim terkendali. Menurutnya, Indonesia masih berada dalam level 1 selama kurang lebih 150 hari. Namun, ia belum berani mengatakan bahwa Indonesia telah melewati masa kritis, apalagi dengan adanya ancaman varian Omicron yang membayangi.
“Secara empirik kita memang sudah 150 hari lebih bisa flattening. Apakah kita sudah masuk endemik? Kita tunggu saja Januari, setelah kita lewati ini semua. Kita tidak boleh jumawa, tapi sampai hari ini kita memang masih dalam level 1. Saya masih confident,” tuturnya.
Kenaikan Kasus COVID-19 Varian Omikron
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus COVID-19 dengan varian Omicron di luar negeri melonjak dari 941 menjadi 7.900 kasus dibandingkan pada minggu lalu. Kenaikan kasus ini dibarengi dengan kenaikan jumlah negara yang telah mendeteksi varian tersebut, yakni dari 45 menjadi 72 negara.
“Kasus terbanyak sekarang bukan di Afrika Selatan, tetapi di Inggris dan Denmark, naik sekitar 5.000 dalam satu minggu di dua negara tersebut,” ungkap Budi.
Untuk mencegah masuknya varian baru tersebut, pemerintah telah memperketat pintu-pintu masuk dari kedatangan internasional. Namun, sejauh ini, kata Budi, kasus-kasus positif yang ditemui dari pintu masuk udara, darat dan laut masih terdeteksi varian Delta.
“Pintu masuk udara paling besar lewat Cengkareng. Dalam dua minggu terakhir Soekarno-Hatta masuk 33 ribu inbound passengers. Kita sudah PCR 98 positif, dan 98 nya kita WGS, sampai sekarang hasilnya masih delta,” jelasnya.
Strategi Penguatan Deteksi Dini Harus Diperkuat
Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyambut baik imbauan pemerintah agar masyarakat tidak berpergian ke luar negeri guna mencegah masuknya varian Omicron. Menurutnya, bukan hanya Indonesia yang melakukan imbauan tersebut. Negara seperti Israel, katanya, juga menerapkan kebijakan serupa yakni reference travel banned yang bukan hanya menyarankan kepada warga negaranya untuk tidak pergi ke luar negeri, namun juga membuat travel warning untuk beberapa negara seperti Inggris dan Afrika Selatan.
“Ini bagus sekali. Saya dukung karena kita harus benar-benar berupaya mencegah agar Omicron ini masuk, walaupun besar kemungkinan ada (akan masuk), bisa mengurangi,” ungkap Dicky kepada VOA.
Selain itu, penguatan strategi deteksi dini seperti whole genome sequencing (WGS) di pintu-pintu masuk juga harus terus dilakukan. Menurutnya, jangan sampai Indonesia kembali kecolongan seperti terjadi ketika varian Delta masuk ke Indonesia dan menyebabkan kenaikan kasus dengan sangat cepat.
Kick Off Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Dalam kesempatan ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 tahun akan dimulai pada 14 Desember 2021.
“Vaksinasi anak usia 6-11 tahun akan mulai besok, dan Insyaa Allah akan diresmikan oleh Bapak Presiden. Vaksin yang diberikan, yang sudah disetujui BPOM sampai sekarang, adalah Sinovac,” ujar Budi.
Berdasarkan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) vaksin Sinovac yang akan diberikan kepada kalangan anak-anak tersebut dosisnya sama seperti vaksin Sinovac yang diberikan kepada masyarakat di atas 12 tahun. Adapun rentang waktu yang diberikan antara dosis pertama dan kedua mencapai satu bulan.
Vaksinasi kepada anak-anak tersebut, kata Budi, akan dilakukan kepada wilayah yang sudah memenuhi target vaksinasi dosis pertama sebanyak 70 persen, dan 60 persen vaksinasi kepada kalangan lansia. “Jadi kita identifikasi ada 115 kabupaten/kota di beberapa provinsi yang sudah memenuhi kriteria ini. Jadi mereka yang akan kita alokasikan vaksin Sinovac untuk bisa menyuntik anak-anak 6-11 tahun mulai besok,” katanya.
Sampai saat ini setidaknya 103 juta warga Indonesia yang sudah mendapatkan vaksinasi dengan dosis lengkap atau 38 persen dari target dengan total 250 juta suntikan. Dengan melihat capaian ini, Budi optimistis target WHO yang mengharuskan setiap negara mencapai 40 persen vaksinasi lengkap pada akhir tahun ini akan segera tercapai. [gi/ka]