Arab Saudi dan produsen minyak yang tergabung dalam aliansi OPEC+, pada Minggu (2/4), mengumumkan pengurangan produksi minyak mereka yang mencapai sekitar 1,15 juta barel per hari. Keputusan tersebut merupakan langkah mengejutkan dan OPEC+ mengatakan langkah itu diambil untuk mendukung stabilitas pasar.
Aliansi tersebut tadinya diduga akan bertahan pada jumlah pengurangan yang sudah disetujui sebelumnya, yaitu sebesar 2 juta barel per hari ketika panel tingkat menteri mereka, yang mencakup Arab Saudi dan Rusia, bertemu secara virtual pada Senin (3/4).
Pada Oktober lalu, OPEC+ yang terdiri dari negara-negara OPEC ditambah dengan sejumlah sekutu yang dipimpin Rusia, sepakat untuk mengurangi produki 2 juta barel per hari (bpd) dari November sampai akhir tahun. Keputusan tersebut membuat Washington marah karena suplai minyak yang sedikit akan menaikkan harga.
Amerika Serikat mengatakan dunia memerlukan harga lebih rendah guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah Presiden Rusia Vladimir Putih meraih lebih banyak pendapatan guna mendanai perang di Ukraina.
Pengurangan produksi yang diumumkan pada Minggu itu, yang akan mulai berlaku pada Mei mendatang, hadir sebagai tambahan dari pengurangan yang sudah disepakati pada Oktober tahun lalu.
Riyadh mengatakan pihaknya akan mengurangi hasil produksi sebesar 500.000 bpd hari, sementara Irak akan mengurangi produksinya sebesar 211.000 bpd, demikian menurut pernyataan resmi kedua negara.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak juga mengatakan pada Minggu bahwa Moskow akan memperpanjang periode pengurangan produksinya sebesar 500.000 bpd hingga akhir 2023. Moskow pertama kali mengumumkan pengurangan produksi secara sepihak itu pada Februari lalu menyusul pembatasan harga yang diberlakukan negara-negara Barat pada minyak Rusia. [jm/rs]
Forum